🍁Part 6🍁

2.9K 346 95
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.


Sehun mengobati luka di tangan Jiyeon akibat pecahan vas bunga juga guci besar yang menjadi hiasan di dalam kamarnya. Si gadis sudah berhenti menangis, dia nampak lebih tenang ketimbang sebelum Sehun datang tadi. Kini dua orang itu berada di ruang tamu, mengingat kondisi kamar Jiyeon yang hancur berantakan tak berbentuk karena luapan kemarahannya sendiri, tak mungkin membiarkan Jiyeon tetap berada di kamar itu. Besok Sehun akan suruh orang untuk membersihkan kamar Jiyeon dan membuang semua barang-barang yang tidak perlu.

Ketika Sehun mengobati tangannya tak ada reaksi apapun dari Jiyeon wajahnya datar, seolah luka di tangannya tak sakit sama sekali. Jieun datang membawa segelas air untuk Jiyeon, dia meletakkan gelas itu di atas meja dan kini mengambil tempat duduk di samping Jiyeon. Dia hanya diam mengamati Sehun juga Jiyeon.

"Ini pasti perbuatan mereka, mereka sengaja menjebak ku"

Sehun mendongak sedang Jieun menoleh ke samping. Ini pertama kalinya Jiyeon bicara setelah beberapa hari hanya diam juga setelah berteriak kalap beberapa menit yang lalu.

Air matanya kembali mengalir, dadanya serasa di remas. Sakit sekali. Tak tahu lagi seperti apa watak ibu tiri juga adik tirinya, kenapa begitu tega menjadikan Jiyeon kambing hitam dan menyalahkan Jiyeon atas apa yang tidak Jiyeon lakukan. Mereka tidak hanya mengusir Jiyeon juga mengambil seluruh harta kekayaan yang harusnya menjadi milik Jiyeon, tapi mereka juga memfitnah Jiyeon. Apa salah Jiyeon? Kenapa mereka begitu jahat? Padahal selama ini Jiyeon selalu baik pada mereka dan berusaha menjadi putri serta kakak yang baik. Tak pernah sekali pun Jiyeon memperlakukan mereka dengan buruk.

"Apa yang akan kau lakukan?" Sehun berdiri, kegiatan mengobati luka Jiyeon telah selesai. "Kau ingin membunuh mereka?" Mudah saja bagi Sehun untuk membunuh tikus-tikus tak tahu diri yang meresahkan orang lain, tanpa dirinya harus bersusah payah.

"Kematian terlalu mudah untuk mereka, aku ingin mereka bersujud di hadapan ku meminta pengampun juga memohon untuk hidup mereka. Mereka harus membayar apa yang telah mereka lakukan padaku. Aku ingin mereka hidup layaknya di neraka". Tatapan mata Jiyeon tak seperti sebelumnya, penuh kebencian juga kemarahan. Iblis dalam diri Jiyeon telah bangkit bersamaan dengan rasa sakit yang telah ia terima dari orang-orang yang dulu ia percaya dan kasihi. Jiyeon akan membalas semua rasa sakit yang ia rasakan, mengambil apa yang harusnya menjadi miliknya.

Sehun tersenyum, dia menyentuh bahu Jiyeon. Sehun senang akhirnya dia bisa melihat semangat juang gadis ini yang bangkit dari keterpurukan. Setelah ini dia tidak akan lagi berpikir untuk bunuh diri.

"Kau tidak perlu khawatir, aku akan membantu mu membalaskan rasa sakit yang kau terima hingga mereka berpikir kematian jauh lebih baik dari pada terus hidup di dunia ini". Jiyeon menatap Sehun dengan tatapan mata yang sulit di artikan, dia masih penasaran kenapa seorang seperti Sehun, orang asing yang bahkan tak memiliki hubungan apapun dengan dirinya mau membantu? Bukan dia tidak percaya pada Sehun, hanya saja Jiyeon kini belajar dari pengalaman dan dia akan lebih berhati-hati lagi untuk mempercayai seseorang saat ini.

President's Priceless Wife ✓️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang