-❅️Part 46❅️-

1.5K 226 43
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
Selamat membaca:)
.
.
.

〖️❅️〗️

Genap satu minggu sudah kakak Sehun pergi meninggalkan dunia beserta isinya, kini tinggal kenangannya saja yang tertinggal dan melekat di ingatan semua orang yang di tinggalkan. Kesedihan masih menyelimuti seluruh keluarga yang di tinggalkan.

Rumah yang kini Jiyeon pijak terasa hampa dan kosong, seolah tidak ada tanda kehidupan sebab semua orang tengah sibuk menenangkan diri tak terkecuali sang suami yang setelah kepulangannya dari rumah duka hanya berdiam diri di dalam kamar sembari menatap foto sang kakak, bahkan ketika Jiyeon mengajaknya bicara tak ada sahutan dari lawan. Hal serupa juga terjadi pada sang ibu dan ayah mertua, meski sang ayah lebih bijaksana dalam menghadapi masalah ini dan berusaha untuk menerima kepergian putranya.

Jiyeon tidak bisa tinggal diam melihat semua orang terhanyut dalam kesedihan, bukan berarti Jiyeon tidak sedih, ia pun juga merasa kehilangan sosok kakak ipar, meskipun baru bertemu sekali saat di rumah sakit. Namun, jika ia sedih dan terhanyut seperti yang lain, lantas siapa yang akan menyadarkan mereka? Siapa yang akan menguatkan mereka? Itulah kenapa Jiyeon berusaha untuk tidak bersedih terlalu lama.

Jiyeon memegang sebuah nampan berisi makanan dan segelas air putih, ia mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam. Netra Jiyeon menangkap sang ibu mertua yang tengah duduk di pinggir ranjang dengan tatapan kosong menatap lurus keluar jendela yang terbuka tanpa penghalang gorden, ia juga melihat makanan yang tadi pagi ia bawa masih utuh, jelas tak di jamah oleh sang ibu.

Oh, apa ini? Bagaimana bisa makanan selezat ini di abaikan,” Jiyeon melangkah mendekati sang ibu dan meletakkan makanan di atas meja dekat ranjang. Sang ibu tak bergeming bahkan melirik Jiyeon pun tidak.

Jiyeon merasa sedih melihat sang ibu mertua yang seperti tak punya semangat hidup, mirip dirinya satu tahun yang lalu ketika ia kehilangan ayahnya. Jiyeon duduk di bawah sang ibu, di genggamnya tangan wanita itu dengan hati-hati, seolah bisa hancur jika ia memegangnya dengan kasar.

President's Priceless Wife ✓️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang