✨Part 54✨

1.6K 211 43
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





.
.
.
.
.
Selamat membaca
Siapkan tisu dulu ya guys, kali aja banjir nanti.. ehe
.
.
.
.
















Jiyeon sudah tak sadarkan diri dengan denyut nadi yang melemah sewaktu Sehun membawanya ke rumah sakit, dalam perjalanan ia mendekap tubuh Jiyeon yang perlahan terasa dingin sembari mulutnya tak henti merapal kan kalimat-kalimat, meminta Jiyeon untuk bertahan.

Sehun menyesal, andaikan dia datang sedikit lebih cepat mungkin masih sempat untuk mencegah Yoona menyuntikkan racun pada tubuh Jiyeon. Sehun sudah seperti orang yang hilang akal, dia berlari dengan menggendong Jiyeon masuk ke dalam rumah sakit, berteriak-teriak memanggil dokter dan perawat, untunglah perawat langsung sigap memindahkan Jiyeon ke ranjang pasien dan membawanya ke ruang unit gawat darurat.

Sehun memaksa untuk masuk, sampai perawat pria kesulitan menahan tubuh Sehun yang meronta, akhirnya Sehun mengalah setelah salah seorang perawat berhasil memberikan pengertian pada Sehun. Sehun, bagaimanapun memaksa, menangis dan berteriak tidak akan mengubah apapun, sebab yang Jiyeon butuhkan saat ini bukan dirinya, melainkan doa dan penanganan medis secepatnya.

“Aku mohon Tuhan, selamatkan Jiyeon... aku belum siap kehilangan dia.” Sehun hanya bisa terduduk di depan pintu ruang UGD dengan raut wajah kalut.

Dua orang pria dan seorang wanita terlihat berlari menghampiri Sehun.

“Sehun, bagaimana keadaan Jiyeon?” Baekhyun yang pertama kali membuka suara, ia berjongkok sambil sebelah tangannya memegang pundak Sehun.

Sehun mendongak menatap satu persatu orang yang datang menghampiri, sungguh ekspresi wajah Sehun saat ini layaknya seorang yang tak memiliki semangat hidup, bahkan kini lidahnya terasa kelu hanya untuk mengucapkan sepatah kata yang akhirnya gelengan kepala menjadi pengganti ucapan.

“Semua akan baik-baik saja, Sehun... Jiyeon dan juga bayi kalian pasti selamat.”

Kalimat Baekhyun bukan menjadi penenang bagi Sehun, malahan itu terdengar semakin menyakitkan di telinganya.

Jieun hanya diam, tapi air mata tak henti keluar dari kelopak mata. Andaikan saat itu ia memecahkan kaca jendela dan menerobos masuk, mungkin masih sempat mencegah Yoona, tapi semua itu hanya tinggal angan saja, pada kenyataannya ia telah gagal menyelamatkan Jiyeon dan kini di dalam sana Jiyeon tengah berjuang mempertahankan hidup dan matinya.

Keheningan perlahan menginvasi, semua orang sibuk bergulat dengan pikiran masing-masing, dalam hati tak berhenti merapal kan doa pengharapan agar Jiyeon baik-baik saja.

President's Priceless Wife ✓️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang