Park Jiyeon, gadis bernasib malang karena takdir yang begitu kejam seolah tidak adil pada dirinya.
Ayahnya yang ia sayangi baru saja meninggalkan dirinya seorang diri di dunia ini, kemudian rumah yang ia punya serta harta melimpah yang ia miliki di...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . . . . Selamat membaca . . . . .
“Huwek.... huwek.... huwek...”
Tidur Sehun terganggu ketika samar-samar terdengar suara seseorang yang sedang muntah-muntah di kamar mandi, ia melihat ke sisi lain ranjangnya, tempat itu kosong yang artinya seseorang yang sedang muntah-muntah di kamar mandi adalah Jiyeon. Sehun beringsut bangun, meski setengah sadar ia melangkah menuju kamar mandi guna melihat keadaan sang istri.
Pintu kamar mandi terkunci ketika Sehun mencoba membukanya, “Sayang, kau baik-baik saja? Jiyeon.” Sehun mengetuk pintu beberapa kali, tapi tak ada jawaban dari dalam, Sehun mulai khawatir. “Jiyeon buka pintunya, Jiyeon jangan buat aku khawatir, ada apa dengan mu?”
Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi akhirnya terbuka, Jiyeon keluar dengan wajah pucat dan lemas, seolah kehilangan banyak tenaga. Sehun merangkul sang istri menuntunnya menuju sofa untuk duduk, kemudian ia mengambil segelas air yang ada di dekat ranjang dan memberikan air itu pada Jiyeon untuk di minum. Jiyeon meminum air yang di berikan Sehun dengan pelan-pelan.
Jiyeon meletakkan gelas yang ada di tangan ke atas meja, kemudian ia mengangguk pelan sebagai jawaban atas pertanyaan Sehun sebelumnya.
“Ada apa, heum? Kau sakit?” Sehun menyingkirkan anak rambut yang menghalangi pandangannya menatap wajah Jiyeon.
“Entahlah Sehun, sejak kemarin kepala ku pusing dan perutku juga mual, mungkin karena udara dingin aku masuk angin, badan ku rasanya tidak enak juga..”
“Tuh kan, aku sudah bilang jangan keluar dengan pakaian tipis, tapi kau tidak mau dengar, masuk angin kan..”
“Hei, karena siapa aku keluar dengan pakaian tipis kemarin? Kau..”