🌹Part 24🌹

2.8K 309 89
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.

Lagi-lagi Jiyeon harus berlari keluar ketika mendengar suara gemericik air di kamar mandi telah berhenti diikuti dengan suara pintu kamar mandi yang terbuka. Genap seminggu mereka tinggal di dalam kamar yang sama, Jiyeon tahu itu karena setiap malam ia selalu menghitungnya dengan perasaan yang masih tidak nyaman dan selama itu Jiyeon selalu keluar ketika Sehun selesai mandi. Salah Sehun karena ia terbiasa hanya menggunakan handuk sebatas pinggang setelah selesai  untuk menutupi tubuh bawahnya sedangkan tubuh atasnya terekspos dengan bebas.

Saat awal-awal Jiyeon berteriak histeris dan membuat Sehun marah, ia kembali tersinggung dengan sikap Jiyeon yang seolah berhadapan dengan pria cabul atau orang asing, jangan lupa mereka sudah tinggal bersama dalam kurun waktu yang tidak sebentar dan Jiyeon juga sudah pernah melihat tubuh bagian atas Sehun saat pria itu terluka, kenapa hingga sekarang masih saja malu dan tak terbiasa.

Sehun tahu bahwa Jiyeon selalu berlari keluar ketika ia selesai mandi, tapi mau bagaimana lagi  ia sendiri tidak bisa menghilangkan kebiasaannya memakai handuk sebatas pinggang walaupun tahu Jiyeon tidak nyaman atau mungkin merasa malu melihat tubuh bagian atasnya yang indah, ini hanya asumsi Sehun saja.

Jiyeon kembali masuk setelah di rasa Sehun sudah berganti pakaian, ia tadi sedang merapikan baju dan hendak memasukannya kedalam lemari. Sehun nampak tampan dengan celana hitam dan kemeja putih, rambutnya masih berantakan sedangkan kedua tangannya sibuk mengancing lengan kemejanya. Jiyeon tak perlu bertanya karena ia tahu, pasti Sehun punya janji yang penting dengan klien atau urusan penting lainnya, Jiyeon tak mau ambil pusing dan ikut campur di dalam urusan Sehun.

Dengan mulut yang terkatup rapat, Jiyeon melangkah mendekati tumpukan bajunya yang ia biarkan tergeletak di sofa. Sehun masih dengan kegiatannya memasang dasi di depan cermin rias, Jiyeon meraih tumpukan baju itu membaginya menjadi dua bagian dan ketika hendak mengangkat tumpukan yang sebelah kiri,namun  suara Sehun menghentikan gerakan Jiyeon.

"Bersiaplah Jiyeon, satu jam lagi kita harus pergi." Kening Jiyeon nampak berkerut, ia menoleh pada Sehun yang kini melihatnya dari cermin. Memangnya ia akan kemana hingga harus bersiap? Sehun tidak mengatakan apapun sebelum ini, itulah kenapa Jiyeon terlihat kebingungan.

"Ada acara amal yang harus ku hadiri dan sebagai istriku, kau harus ikut bersama ku menghadiri acara itu." Jelas Sehun menjawab kebingungan Jiyeon, Sehun selalu begitu mengatakan sesuatu yang penting di saat-saat waktu yang tidak tepat, Jiyeon bahkan belum mempersiapkan apapun untuk pergi ke acar itu dan seenak ia meminta Jiyeon bersiap.

"Apakah dadakan adalah hobi mu, Sehun? Tidak bisakah kau mengatakannya sejak semalam, hingga aku bisa bersiap dengan baik." Jiyeon membawa tumpukan baju, memasukannya kedalam lemari.

Sehun berbalik, telah selesai memasang dasi dan berjalan menuju lemari yang lain untuk mengambil jas, "Tidak perlu khawatir, aku sudah meminta Jieun untuk menyiapkan baju yang akan kau pakai, sekarang pergilah mandi dan lupakan baju-baju itu, kenapa kau suka sekali dengan baju-baju jelek itu?" Sehun menatap tak suka pada baju-baju Jiyeon yang terlihat biasa-biasa. Oh ayolah, siapapun tahu bahwa Sehun adalah orang yang memberikan baju-baju itu pada Jiyeon, karena saat Jiyeon datang ia tak memiliki apapun.

President's Priceless Wife ✓️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang