🌸Part 29🌸

2.1K 293 76
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.




Tiga Hari berlalu begitu saja, sejak Ibu tiri Jiyeon di bawa oleh polisi dan hari ini, polisi datang ke rumah Sehun untuk menemui Jiyeon, mereka sudah menginterogasi Ibu tiri Jiyeon selama dua hari penuh dan kemarin para polisi mendapatkan izin untuk menggeledah rumah keluarga Park, demi untuk mendapatkan bukti lebih banyak.

Sehun sudah pergi bekerja pagi tadi, karena memang meeting yang sempat di tunda kemarin harus segera di lanjutkan jika tak ingin kehilangan kesempatan mengerjakan proyek besar.

"Jadi, kedatangan kami kesini ingin memberikan surat ini pada Nona," Polisi itu memberikan selembar kertas pada Jiyeon, Jiyeon mengerutkan kening sebelum akhirnya ia menerima surat yang di berikan oleh polisi.

"Kami menemukan surat ini di dalam brangkas milik Tuan Park, sepertinya surat ini di tunjukkan untuk Nona. Tapi, nyonya Park menyembunyikannya," Jelas sang polisi.

Jiyeon membaca setiap kalimat yang tertera di dalam surat itu, ia sedikit tersentak kaget setelah selesai membaca surat wasiat milik sang ayah, "Kami rasa, sebenarnya Tuan Park sudah tahu jika selama ini obat-obatan yang ia konsumsi telah di tukar dengan obat lain, maka dari itu sebelum meninggal beliau mengganti Isi surat wasiat nya dan memberikan seluruh aset harta benda juga perusahaan pada Nona." Jiyeon menggigit bibir bawahnya, menahan air mata yang sebentar lagi akan keluar.

Ia tidak menyangka jika sang ayah tahu tentang kejahatan Ibu tiri-nya, tapi kenapa Ayah tidak mencoba melawan dan berhenti mengonsumsi obat-obatan itu? Jika Jiyeon tahu lebih awal, ayahnya pasti tak akan meninggal, ia pasti bisa menyelamatkan satu-satunya keluarga yang ia punya. Sekarang ia hanya bisa menyesali segalanya.

"Kami akan segera memproses hukuman untuk nyonya Park, Nona tenang saja, nyonya Park tak akan bisa lepas dari jeratan hukum," Ucap polisi itu sebelum pergi meninggalkan rumah Sehun.

Jiyeon hanya mengangguk, ia sudah lelah dengan semua ini dan berharap semoga ibu tirinya mendapatkan balasan yang pantas ia dapatkan, tak ingin menjadi orang pendendam tapi apa yang dilakukan sangatlah keterlaluan. Sekarang, ada satu hal lagi yang harus ia lakukan. Mengurus pamannya yang seenaknya merebut perusahaan hasil jerih payah sang ayah.

Jiyeon selama ini memang terlihat diam dan tidak melakukan apa pun, tapi sebenarnya ia telah menyelidiki secara diam-diam apa saja yang pamannya lakukan, lewat mata-mata yang sengaja ia tempatkan di perusahaan sang ayah, ia sampai terkejut mengetahui fakta bahwa sang paman telah mengelapkan dana perusahaan begitu banyak demi untuk gaya hidup yang mewah ibu tiri dan juga Nayeon. Sudah cukup, sudah saatnya sang paman sadar dan mendapat hukuman.

"Aku akan pergi sekarang..."

"Baiklah, aku akan menyusul setelah ini, berhati-hatilah."

"Hem, aku mengerti.."

Jiyeon memutuskan sabungan teleponnya dengan seseorang di seberang sana, ia masuk kedalam kamar, mengambil tas juga blazer hitam, setelah itu ia pergi keluar. Sudah ada sebuah mobil hitam yang menunggu Jiyeon, tentu Sehun tidak akan membiarkan Jiyeon pergi sendirian ke kantor ayahnya.

President's Priceless Wife ✓️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang