🌸Part 28🌸

2.1K 272 36
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.

Jiyeon mengetuk pintu ruang kerja Sehun pelan, ia sudah mencari si pria sejak tadi di semua ruangan dalam rumah ini dan memang di mana pun tidak ada, hanya ruangan ini saja yang belum ia datangi. Jiyeon kembali mengetuknya hingga akhirnya sebuah suara dari dalam meminta Jiyeon untuk masuk, benar dugaan Jiyeon, Sehun ada di dalam.

Setelah pulang dari kantor, Jiyeon belum melihat batang hidung Sehun, akhir-akhir ini si pria tampak sibuk dengan tumpukan dokumen bahkan tak jarang Sehun bergadang demi untuk menyelesaikan semua pekerjaannya.

Jiyeon masuk ke dalam ruangan Sehun setelah mendapatkan izin sang pemilik, ia melihat Sehun duduk di balik meja dengan laptop yang menyala juga beberapa dokumen yang berserakan di sisi lain. Wajah Sehun terlihat serius juga lelah, terbukti dengan kantung mata hitam yang menghiasi sekitar area matanya.

“Ada apa Jiyeon? Apa kau butuh sesuatu?“ Sehun mengalihkan sejenak atensinya dari depan laptop, menatap Jiyeon yang kini berdiri di depan mejanya, ragu.

Melihat Sehun yang lelah seperti ini, Jiyeon jadi ragu ingin menyampaikan maksud dan tujuannya menemui si pria, “Apa kau hanya akan diam saja di situ?“ Lagi, Sehun membuka suara karena Jiyeon tak kunjung mengatakan apa pun, padahal terlihat jelas di wajahnya jika ia ingin menyampaikan sesuatu pada Sehun, juga tidak mungkin Jiyeon sampai repot menemuinya jika tidak punya sesuatu untuk di sampaikan.

“Begini Sehun, ada sesuatu yang ingin aku minta tolong darimu,“ Akhirnya Jiyeon mengatakannya juga, ia sudah tidak bisa mundur lagi, sudah cukup ibu tiri dan adik tirinya hidup mewah dengan harta ayahnya, sekarang saatnya ia kembali pada tujuan awalnya tetap bertahan hidup, yaitu balas dendam.

“Katakan saja, Jiyeon. Apa yang kau ingin aku lakukan?“ Jiyeon mendekat, ia memberikan sebuah map coklat pada Sehun. Sehun menatap map itu bingung.

“Apa ini, Jiyeon?”

“Ini adalah hasil tes obat-obatan milik ayahku, aku mengambil obatnya dari rumah beberapa waktu yang lalu bersama Krystal dan Jieun.”.

Sehun membuka map coklat itu dan membaca isinya, “Kau mengambil obat-obatan ini sendiri?”

“Tidak, ada Jieun dan Krystal yang membantuku”

“Apa ibumu tahu tentang ini? Apa terjadi sesuatu yang buruk saat kau melakukan hal ini?” Jiyeon menggeleng. Sehun meletakkan map itu di atas meja, menghela napas pelan, “Kapan kau melakukannya? Kenapa tidak memberitahuku?”

“Aku melakukannya saat kau pergi untuk menyelamatkan Kai, lagi pula waktu itu kau bilang aku boleh melakukan apa pun yang aku inginkan dan jangan merasa seperti tahanan, ” Jiyeon tidak mengerti, kenapa Sehun malah menanyakan hal ini bukan tentang map-Nya.

“Lain kali setelah kau melakukan sesuatu atau hendak melakukan sesuatu yang berbahaya, beritahu aku, aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk padamu, ” Jiyeon mengerutkan kening, berpikir apakah sekarang Sehun sedang mengkhawatirkannya, atau mungkin karena lelah makanya dia bicara melantur.

“Baiklah Sehun, akan aku lakukan.”

“Jadi bantuan apa yang kau ingin aku lakukan?”

“Jadi.... ” Jiyeon menceriakan semua yang ingin ia lakukan pada sang ibu tiri, mereka harus membayar apa yang telah mereka perbuat selama ini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
President's Priceless Wife ✓️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang