14

20.5K 2.8K 36
                                    

Setelah kejadian mengerikan di Soraco, kehidupanku berjalan biasa-biasa saja. Lebih tepatnya, hidupku terasa hambar bukan main. Pernahkah kalian berpikir bahwa kemonotonan bisa menjadi pemicu seseorang merasa depresi? Entahlah, mungkin semenjak pengalaman hampir-mati-konyol berdampak buruk bagi kesehatan mentalku. Kadang aku bermimpi dikejar singa, sialnya kakiku terasa berat dan tidak bisa berlari, ketakutan menguasai tubuh. Mimpi buruk yang kusimpan seorang diri. (Kalian pernah membaca teori Jung bahwa mimpi merupakan cerminan alam bawah sadar seseorang? Segala hal yang muncul kala bermimpi ialah manivestasi pikiran. Oh ya, berarti beban hidupku bertambah. Terima kasih, beban hidup. Akan kupastikan seseorang bersedia menerimamu, beban hidup.)

Beberapa kali Caius mampir. Biasanya kami menghabiskan waktu di taman. Percayalah, aku dengan senang hati menolak kehadiran calon penguasa Arcadion. Sayangnya penolakan itu hanya bisa kuniatkan saja, realisasinya nol besal. "Yang Mulia, tidak inginkah Anda pergi ke tempat lain?" tanyaku kepadanya suatu hari. Ya, tentu saja maksudku: "Caius, tolong pergi ke tempat lain. Aku sibuk." Lalu, Caius menjawab diiringi senyum: "Aku ingin melihatmu." Seketika lambungku terasa mengerut. Aku tidak tertarik dalam kancah perebutan kursi kepemimpinan. Tidak asyik. Biar gadis dari keluarga lain saja yang menjadi calon permaisuri. Seratus persen mereka lebih kompeten daripada aku.

Lalu, di hari lain Caius mengajakku pergi ke pesta salah seorang bangsawan. Sontak aku beralasan pencernaanku bermasalah. Untungnya dia tidak curiga (atau mungkin dia tidak peduli). Sebisa mungkin aku ingin memutus hubungan dengan Algojo 2. Nyawaku dipertaruhkan dan aku tidak suka berjudi dengan maut.

Nox? Aku menunggu surat atau kabar apa pun darinya.

Nihil. Dia tidak mengabariku. Mungkin malam itu aku salah mengira. Bisa saja dia menolongku karena kebetulan lewat saja. Seperti itu.

Entah mengapa jantungku ngilu. Sakit.

Bicara penolakan. Aku ingin mengabari sesuatu. Konon katanya, setelah debut aku akan mendapat undangan. Fakta: Aku tidak terkenal. Realitas: Kegiatanku monoton, tetapi menghasilkan. Sebenarnya aku tidak mengenal gadis tertentu sebayaku. Bahkan saat ada undangan minum teh aku menghabiskan waktu pura-pura mendengar cerita si A, si B, si C. Kesimpulan: Aku Kurang Pergaulan.

Oleh karena itu, demi kesehatan dana kebahagiaan, aku putuskan menghabiskan waktu memperluas bisnis. Tidak masalah menjadi pecundang dalam lingkaran pergaulan. Hei, uang bisa menyelesaikan tujuh puluh persen permasalahan hidupku. Asal bisnisku berkembang, aku bisa pergi sejauh mungkin dari Arcadion. Selamat tinggal, Algojo. Aku tidak berencana memperpanjang kontrak.

Kembali ke masalah Alina si pecundang yang tidak diperhatikan saat perkumpulan. Biasanya aku akan mencatat hal penting terkait model. Aku tidak ingin membuang kesempatan meneliti selera konsumen. (Lucunya, aku yang mendesain boneka binatang imut ini justru diabaikan oleh konsumen saat pesta dan undangan minum teh. Mungkin mereka mengira boneka lucu itu dibuat perancang ternama: yang cantik, lentik, dan tidak pelit. Padahal aku yang menjadi otak di balik tren boneka. Dasar tokoh sampingan sialan.) Ternyata boneka pasangan masih menjadi yang terfavorit. (Oh ya, akan kujelaskan. Aku membuat boneka pasangan. Beruang putih dan beruang merah muda yang memakai baju pengantin. Tentu ada varian bentuk lain, sesuai permintaan pembeli.) Mereka memberikannya sebagai tanda cinta dan dimulailah mode boneka pasangan.

Saking larisnya aku putuskan mendatangi salah satu toko di Distrik Dagang. Eng, ing, eng. Emily sehat. (Kejadian di Soraco murni kesalahanku. Inocia menghukumku selama seminggu tidak boleh makan cokelat. Dia bahkan membatasi waktu mainku di taman mawar hadiah Nox. Bagus, aku tidak keberatan.) Kali ini aku mengenakan pakaian bernuansa merah lembayung. Rambutku dikuncir menggunakan pita sutra berwarna ungu. Secara keseluruhan aku terlihat cantik. (Memuji diri sendiri tidak ada salahnya selama tidak melewati batas.) Toko bernuansa mawar. Bunga? Menurut Inocia sangatlah penting memberi sentuhan khusus. Dia kompeten dalam mempertahankan mawar sebagai simbol kehidupan. Seharusnya dia beralih profesi sebagai tukang kembang daripada perancang busana.

Crimson Rose (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang