Bonus Chapter 2: Jenin

11.4K 1.1K 55
                                    

Take a deep breath
Until both sides of your heart get numb
Until it hurts a little
Let out your breath even more
Until you feel
like there's nothing left inside

~Breathe - Lee Hi

Jenin merasa sebagian besar kehidupannya hanya berputar di sekitar pembalasan dendam. Dahulu yang dia perlukan hanya memikirkan cara melengserkan Caius dan melenyapkan tikus-tikus Arcadion. Namun, setelah sumpah tergenapi, satu-satunya yang nyata terasa di kalbu hanyalah penyesalan.

Tentu maaf tidak bisa mengembalikan momen penting dalam hidup Jenin. Dia tidak bisa menghidupkan Alina, dan kalaupun bisa, Jenin ragu Alina menghendaki demikian. Gadis itu selalu berada di luar jangkauan Jenin; seakan tubuh Alina tercipta dari kabut, mengabur dan kapan pun bisa lenyap. Setiap Jenin selangkah mendekat, maka Alina kian menjauh, menjauh, hingga lenyap-tidak tersentuh.

Bahasa cinta bukanlah perkara mudah.

Jenin tidak mengerti.

Dia tidak mengerti meskipun ingin.

Sebab hati selalu menginginkan perhatian, meski mungil, dari seseorang. Namun, Alina tidak membalas. Jenin tidak bisa menahan diri; ingin memiliki, ingin bersama, selamanya. Koin telah diputar. Nasib baik, nasib buruk. Bersisian. Lantas pemenang perjudian ialah badut takdir-kemalangan.

Musim berganti; gugur menuju dingin, semi menjelma hangat. Namun, satu-satunya musim yang setia menetap dalam diri Jenin hanyalah kemarau; kerontang, seluruh bunga telah layu dan mata air mengering, sungguh kerontang hati tanpa cinta.

"Baginda, mungkin sebaiknya Anda segera menemui Pangeran," salah seorang penjaga menyarankan. Dia menemani Jenin di taman; kuntum mawar merah seukuran telapak tangan tengah mekar-sempurna seperti perhiasan peri. Penghuni istana mengetahui kebiasaan Jenin berdiam di taman istana lama. Taman yang hanya ditanami mawar. Sejauh mata memandang aneka mawar menghias lanskap, tampak menawan dalam naungan langit musim semi.

"Aku ingin di sini," Jenin menjawab. Tidak ada emosi dalam nada suara Jenin, hanya kata-kata tanpa makna khusus. "Sejenak."

Tatapan Jenin terpaku pada sekuntum mawar merah. Kuntum bunga begitu elok, rekah bak bibir seorang gadis. Duri-duri berwarna cokelat menghias batang mawar, seakan memperingatkan siapa pun yang memiliki niat memetik mawar tersebut dan memisahkannya dari kerajaan mawar.

Perlahan Jenin menyentuh kuntum tersebut. Tekstur lembut menyambut sentuhan Jenin. Dia diam, membiarkan keheningan menjadi satu-satunya pemahaman di antara mereka-para pelayan dan penjaga yang mengikuti Jenin.

"Apa kau ingin dipertemukan dengannya?"

Embusan angin terhenti. Jenin mendongak, mencari tahu gerangan yang berani mengganggu saat sakral miliknya.

Keheningan. Jenin menyadari segalanya terhenti; prajurit dan pelayan terpaku di posisi masing-masing-tidak bergerak, seperti patung. Rambut serta yang terembus angin pun membeku seakan ada tangan tidak kasatmata yang menyangga rambut dan kain pada posisi aneh. Seekor kupu-kupu melayang di atas kepala Jenin, sayapnya berwarna oranye dengan corak hitam dan totol putih, tubuh dan antena berwarna hitam.

"Apa kau ingin dipertemukan?"

Kali ini Jenin bisa melihat si pendatang.

Seorang bocah lelaki berambut kelabu berdiri tepat di seberang Jenin. Keduanya, Jenin dan si bocah, hanya dipisahkan semak mawar. Bocah itu memiliki sepasang mata berwarna perak. Rambut si bocah terurai sampai pinggul. Dia mengenakan pakaian aneh-asing bagi Jenin sehingga tidak bisa dideskripsikan dengan busana apa pun di Arcadion; kerah dan bagian lengan berbentuk seperti bunga terompet perak, bagian celana hitam hanya sebatas lutut, dan dia mengenakan sepatu bot berwarna perak.

Crimson Rose (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang