EPILOG

20.6K 1.3K 51
                                    

Musim panas kali ini benar-benar terasa menyengat. Semua orang sibuk mengusir gerah dengan cara mengipasi diri menggunakan tangan maupun buku-pokoknya apa pun yang bisa digunakan sebagai alat pengusir panas. Bahkan di dalam busway pun aroma parfum beradu dengan keringat. Apalagi di hari kerja seperti ini, orang-orang sibuk mempersiapkan diri menyambut musim gugur dengan cara mengumpulkan uang sebanyak mungkin.

Termasuk gadis berambut merah yang duduk di antara lelaki berkemeja biru dengan aura "harapan hidup bersisihan dengan perut mengembung" dan seorang nenek yang sibuk menceritakan masa mudanya. Gadis itu berencana melamar pekerjaan di salah satu kafe sebagai pramusaji. Rencanya dia ingin mengumpulkan uang demi membantu adik lelakinya masuk ke universitas. Dia tidak bisa sekolah karena ibunya hanya mampu membiayai satu anaknya dan itu bukan dirinya.

Begitu busway berhenti di halte yang dituju, dia pun turun dan bergegas menuju kafe. Untungnya dia tidak ketinggalan wawancara. Begitu masuk dia langsung ikut mengantre.

Celana jins terasa gatal karena keringat mengumpul di kulit. Dia bahkan tidak bisa membeli pakaian bagus dan sehat karena harus irit demi adiknya. Segalanya demi adik.

Setelah menyerahkan lamaran, dia pun duduk di kursi yang disediakan. AC terasa menyejukkan dan dia berharap bisa bekerja di sini. Saat namanya dipanggil, dia langsung masuk ke dalam ruangan, dan memperkenalkan diri.

Seharusnya dia memperkenalkan diri.

Akan tetapi, kata-kata tertelan di tenggorokkan. Gadis itu terdiam menatap lelaki di hadapannya. Lelaki berambut pirang dengan sorot mata selembut lavendel. Entah di mana, dia merasa pernah berjumpa.

"Apa kita pernah berjumpa?" Lelaki itu bertanya.

Kemudian, meski ragu-ragu, gadis itu menjawab: "Mungkin saja."

Crimson Rose (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang