Bonus Chapter 1: Jenin

16.3K 1.2K 93
                                    

My love was burn up into display.
All that remains exhausted scars here inside.
Waiting for you.
The person that I can't forget.
Do you know that this I cry?
When all pain washed Into the rain,
I yearn for you but my scars are all that remains.
I love but I should say goodbye but I can't.
Forever I love you....
~ Ali - Hurt

♥♥♥

Takhta. Benda itu tidak mampu memberikan kesenangan yang dahulu Jenin damba. Setelah berhasil menyatukan visi dan melengserkan kepemimpinan Caius, dia merasa hampa.

"Baginda, pembangunan rumah sakit bagi rakyat telah diselesaikan," salah satu menteri melapor. "Mereka meminta kehadiran Anda di acara peresmian."

"Ya," katanya. "Sekretaris istana akan mengurus izin peresmian."

Satu demi satu, orang meluncurkan gagasan dan Jenin menolak sebagian ide lantaran, menurutnya, tidak berdampak bagus pada kesejahteraan umum. Sekarang dia ingin memberi kelonggaran bagi siapa pun yang ingin mengubah jalan hidup dengan mendirikan sekolah bagi rakyat. Ilmu tidak lagi disimpan di perpustakaan dan hanya dinikmati kalangan atas. Kini siapa pun dipersilakan mengasah kemampuan dan bekerja di istana. Istana tidak boleh diisi kelas bangsawan. Jenin ingin semua orang melihat jauh ke depan, menembus hukum-hukum lama yang bersifat kaku dan hanya menguntungkan segelintir orang. Demi kemajuan. Demi kesejahteraan bersama.

"Diputuskan," Jenin mengakhiri. Dia meninggalkan ruangan, mengabaikan salam penghormatan dan bergegas menyusuri koridor-menuju tempat penghiburan sekaligus pengingat akan dukacita.

Bunga-bunga mekar. Mawar-mawar merekah dan memamerkan kelopak merah seperti bibir gadis yang menunggu ciuman. Kupu-kupu terbang di sekitar bocah lelaki berambut merah yang tengah bermain bersama pengasuhnya.

"Klaus!"

Bocah itu menengok, menatap Jenin, lantas mengabaikan kumpulan bunga. "Ayaaah!"

Jenin menghampiri Klaus, mengangkat bocah itu dan menggendongnya dalam dekapan. "Mawar-mawar tidak suka diusik," katanya memperingatkan. "Mereka sulit dimengerti."

Klaus mengerjap, tidak mengerti maksud ucapan ayahnya.

Mencintai tidak pernah mudah bagi Jenin. Sekali dia menginginkan sesuatu, maka tidak mungkin mengabaikan panggilan terdalam di hatinya. Bersusah payah mewujudkan hingga tetes darah penghabisan.

Dia sang pencinta.

Dia selalu mabuk akan cinta.

Akan tetapi, mawar yang ia inginkan dihias duri dan setiap kali mendekat duri pun menusuk. Bahkan setelah berhasil menyingkirkan serangga pengganggu, mawar itu menolak bertuan-tidak ingin dimiliki Jenin.

"Kau sebaiknya membiarkan dia bebas."

Jenin teringat peringatan Mira, permaisurinya. Wanita itu tahu hal yang tidak ingin diakui Jenin. Bahkan setelah hal buruk terjadi, rasa sesal menetap dan menolak enyah.

Bagaimana mungkin aku sanggup melepasnya?

Itu sama saja dengan membunuh Jenin secara perlahan. Dia tidak bisa dan tidak sanggup melihat Alina bersama lelaki lain. Jantungnya terasa sakit setiap kali melihat Alina bersama Nox. Dia ingin memperlihatkan keburukan Arcadion beserta Menara Sihir. Dinasti yang menawarkan perbudakan. Alina tidak melihat keburukan yang dilihat Jenin. Mawarnya tumbuh di lingkungan ramah. Mawarnya tidak mengenal kecurangan. Mawarnya tidak bisa mengerti kebenaran yang dilihat Jenin.

Pada saat itu, ketika Jenin membawa Alina ke pelelangan, dia ingin menunjukkan perbuatan buruk Menara Sihir. Mereka, para penyihir, memanfaatkan darah binatang tertentu untuk meredam derum sihir yang menggila dalam diri mereka. Derum sihir yang juga dirasakan Jenin. Namun, Jenin berhasil mengakali ledakan sihir dalam dirinya dengan artefak suci. Dia tidak ingin meminum darah binatang mana pun ... kecuali darah musuhnya.

Crimson Rose (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang