Rencanaku berantakan. Semua jerih payahku ternyata tidak sesuai harapan. Seharusnya aku tidak mengutak-atik plot asli Crimsom Rose. Tidak semestinya Caius hadir di acara debut Alina. Pertama kali Alina bertemu Caius ialah, saat acara kedewasaan Caius. Namun, aku ternyata berjumpa Caius jauh sebelum acara kedewasaan. Demi seluruh tabungan yang kumiliki, merayu Caius tidak termasuk dalam daftar RPA. Rencana Penyelamatan Alina. (Oke, aku mengaku. Nox masuk pengecualian. Mulutku yang receh ini tidak sanggup menahan gombalan murahan. Lagi pula, jarang-jarang aku bisa merayu penyihir ganteng. Moto hidupku: Jangan sia-siakan kesempatan. Jarang, kan, bertemu penyihir tampan-rupawan-indah-menawan-luar-biasa? Bahkan aku menggunakan pemborosan kalimat saat menjabarkan Nox. Tampan + Rupawan + Menawan = Tidak masuk akal. Jadi, tukang bual sepertiku ini tidak bersalah. Kalau ada yang pantas dihukum, maka itu sudah pasti Nox. Salahkan ketampanan Nox yang membuat hatiku lumer seperti cokelat hangat. Di duniaku wajah tipikal Nox sudah pasti dijadikan foto model dan idol. Mana mungkin aku menolak kesempatan dalam kesempitan, eh maksudku, mana mungkin aku berani mengingkari rezeki cuci mata ... ya sudahlah. Semoga kalian mengerti maksudku.)
"Alina...."
Tangan Caius terjulur, menanti.
Di sekitar kami berpasang orang sibuk berdansa. Musik terus mengalun seiring gerakan pecinta (jiwa puitisku mulai bersyair ... syair murahan). Aku bergeming. Ingin mengelak, namun risiko menyinggung Caius terlalu menakutkan. (Tidak sopan menolak ajakan atasan. Anggap saja Caius sebagai CEO muda tersohor perusahaan X di kota X.)
"Aku menunggu, Alina."
Suara Caius begitu membujuk; merdu, siap menghipnosis kesadaranku. Perlahan kuruntuhkan dinding kewaspadaan. Tidak ada jalan lain. Satu-satunya pilihan yang harus diambil ialah, menerima Caius. (Nox, maafkan aku. Kau tetap algojo nomor satu.)
Perlahan, kuraih tangan Caius dan ia pun menarikku merapat hingga kurasa udara menghambur ke luar dari paru-paruku.
"Apa kautakut?"
Kutatap kedua matanya. Kelam seperti sepasang kolam hitam tak berdasar. Sihir purba ... kekuatan apa pun yang dimiliki Caius terbukti ampuh menaklukkan kehendakku. Dia tuan atas diriku. Aku hanyalah hamba. Musafir yang mengarungi gurun dalam keadaan lelah. Payah mencari oasis sekadar membasuh dahaga.
Peri Mawarku....
Koneksi psikis antara Caius dan diriku pun runtuh. Selama sekejap kutatap kedua mata yang masih terasa kelam. Namun, tiada ketakutan yang kurasakan. Nox jauh lebih mengerikan daripada Caius. Tentu saja aku tidak boleh berkhianat. Teman tidak boleh berpaling kepada algojo 2. Nox. Nox! Pikirkan Nox!
"Pangeran, tolong maafkan bakatku." Senyum karier terpeta di bibirku. Jenis-jenis senyum pekerja profesional yang digunakan demi menyenangkan atasan. "Mungkin aku akan sering menginjak kakimu." (Hohoho. Aku serius. Tidak ada salahnya memakai rencana cadangan. Caius tidak boleh tertarik kepadaku. Oh maaf, ya. Ini namanya menggencet unsur percaya diri dalam diri Caius. Tidak semua wanita berharap menjadi pasangan Caius. Tidak, oh tidak. Aku berencana menjadi pengusaha sukses. Uang milikku. Rumah milikku. Investasi milikku. Hanya milikku. Bukan milik kerajaan. Bukan milik khalayak. Rasakan jurus mengelak ciptaanku!)
Caius tidak menjawab. Ia tersenyum, memulai dansa, dan aku mati-matian berusaha menginjaknya. (Gombalanku hanya untuk Nox seorang. Aku tidak tertarik menjadi wanita nomor satu di Arcadion. Tidak enak. Oh sialan. Kenapa kaki Caius seolah memiliki radar? Sekali saja biarkan aku menginjak kaki bangsawan level VIP. Mengapa di saat aku ingin menginjak kaki seseorang justru kemampuan dansaku meningkat pesat? Tunggu kaki Caius, aku pasti menginjakmu.)
"Apa hubunganmu dengan murid Penyihir Rugal?"
Pikiranku terfokus ke sepasang kaki yang sedari tadi kuincar. Setiap kali kukira hampir berhasil, maka secepat kilat Caius mengubah ritme. "Siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crimson Rose (TAMAT)
FantasyMemori yang bisa kuingat ialah rasa sakit luar biasa. Seluruh tubuh terasa berat. Sangat berat. Hingga akhirnya aku jatuh tak sadarkan diri. Begitu terjaga kukira aku akan langsung dilempar ke mulut neraka, tetapi.... "Nona Alina, apakah hari ini An...