22

10.4K 1.7K 65
                                    

Sekali. Hanya sekali aku pernah merasa sangat bahagia. Jenis kebahagian yang akan kauingat seumur hidup, bahkan mungkin, di kehidupan selanjutnya. (Tentu saja bila kau diberkati ingatan masa lalu. Seperti aku.) Di masa kanak-kanak, lebih tepatnya, di kehidupanku sebelum menjadi Alina, aku gemar memetik bunga liar yang tumbuh di pinggir sungai. Aku tidak tahu nama bunganya; bentuknya seperti bunga matahari mungil, kelopaknya berwarna kuning, dan setiap kali kaupetik akan meninggalkan aroma pahit. Biasanya aku akan pergi ke jembatan, kemudian dari atas sana akan kulempar satu per satu bunga tersebut ke sungai. Sebelum jatuh, bunga-bunga tersebut akan berputar kencang mirip gasing, gerakannya tampak lambat di mataku, hingga akhirnya menyentuh air dan karam terseret arus.

Sekarang perasaan yang menyelimutiku terasa sama, kebahagiaan, yang anehnya datang hanya karena memikirkan akan bertemu Nox.

Jenin menuntunku di sepanjang jalan. Aku tidak keberatan. Lagi pula, hanya dia seorang yang bisa menjamin keselamatanku. (Halo, coba pikirkan. Satu, aku tidak bisa berkelahi. Dua, tepat sekali bila saat ini kalian menyebutku bodoh. Seharusnya jangan percaya omongan pria bernama Jenin, tetapi Nox tidak membalas suratku. Jelas Nox bersalah. Seharusnya dia mengabariku hingga aku tidak perlu menerima tawaran Jenin.) Orang-orang berpakaian aneh. Pedagang bermulut manis menawarkan barang unik; kalung dengan liontin bintang, serbuk kesenangan, cincin kesetiaan, dan bahkan ramuan cinta (uhuk, kalian pasti mengerti jenis ramuan yang kumaksud). Kios dan tenda; keduanya digunakan sebagai tempat berdagang. Kami berdua berjalan melewati mereka.

Di telingaku terus terngiang jenis dagangan yang ditawarkan pedagang.

Nafsu dan cinta.

Dua komoditas dagang yang takkan habis digerus zaman. Semua orang mencari cinta. Kadang dekat, kadang jauh. Ironisnya cinta bahkan bukan termasuk kebutuhan primer manusia. Kebutuhan dasar manusia yakni; sandang, papan, dan pangan. Tidak ada kata cinta sebab tubuhmu membutuhkan makanan untuk menutrisi organ supaya berfungsi normal; butuh rumah guna melindungimu dari panas dan hujan; serta pakaian agar tidak perlu memamerkan fisik secara berlebihan (oh kalian mengerti, kan, aku bercanda. Pakaian berfungsi penting dalam menunjukkan karakter. Kalian bisa menilai seseorang dari cara mereka berpakaian). Nah, benar, bukan? Tanpa cinta manusia masih bisa hidup. Kau bisa jatuh cinta berkali-kali dan patah hati setelahnya. Kau akan kehilangan cinta dan kemudian menemukannya pada seseorang. Namun, meskipun kau bisa jatuh cinta dan patah hati bukan berarti kau takkan merasa sakit ... sangat sakit. Ada titik, peristiwa, ketika patah hati berdampak hebat. Perlahan kau akan berhenti percaya karena cinta, atau orang yang kaucintai menyakitimu, terlalu kejam kepada hatimu. Demi menghindari rasa sakit, kaututup semua pintu hati; terkunci dan melarang siapa pun masuk. Segalanya terasa hambar. Tidak ada warna ceria dalam hidupmu. Hampa.

"Kenapa mereka menjual cincin kesetiaan?"

"Kau tidak bisa membeli kesetiaan, Alina," Jenin menjawab. "Kau bisa memaksa seseorang mematuhimu, tetapi lain ceritanya dengan loyalitas."

Hawa dingin berembus, menusuk kulit. Mungkinkah bila Alina yang asli bersedia mengalah alih-alih memaksakan cintanya kepada Caius, maka takdir baik akan memihaknya?

Cinta dan patah hati.

Cinta dan cemburu.

Cinta dan kegilaan.

Sepertinya cinta tidak keberatan dipasangkan dengan siapa pun.

"Saat ini," kataku, hati-hati. "Tidakkah kautakut aku akan meminta Nox menyakitmu?"

"Apa kau bisa melakukannya?"

Aku berusaha menunjukkan tampang "hei, coba tantang aku dan kita lihat hasilnya". "Sebenarnya aku tidak keberatan melihatmu berubah jadi kodok."

Crimson Rose (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang