42

6.8K 938 31
                                    

Siang. Malam. Terasa sama. Kalian tidak akan peduli pada perputaran waktu. Seluruh perhitungan terhenti ketika Jenin mengurungku. Lantas ketika beberapa pelayan mendatangi sel, aku mengira mereka akan menawariku segelas racun. Namun, tidak. Tidak satu pun di antara mereka yang menggenggam segelas racun. Mereka bahkan enggan menanyai kesedianku. Seharusnya aku melawan, mungkin ada baiknya kugigit salah seorang dari mereka. Namun, perbuatan semacam itu tidak akan mengubah apa pun. Aku akan tetap terpenjara, terpisah dari orang-orang yang aku sayangi. Bahkan dalam naungan kesedihan, diriku masih mempertanyakan ketidakberdayaan yang sama-sama dirasakan olehku dan mereka-para pelayan.

Pelayan membawaku pergi meninggalkan sel. Didampingi sepasang pengawal, kami berjalan menjauh. Di samping kanan dan kiri berjajar sel tanpa penghuni. Hal ini menguatkan asumsiku bahwa hanya diriku seorang yang menempati ruangan tersebut. Setelahnya kami pun meniti tangga yang mengantarkan kami pada ruang terbuka. Malam membentang, seluruh tanaman tersapu nuansa gelap. Bukan taman yang dulu kugunakan untuk menemui Caius dan Baginda, tempat ini jauh lebih menyedihkan daripada apa pun. Salju menutupi seluruh sisa kehidupan dari musim gugur. Pohon-pohon telah kehilangan hijaunya. Mungkin karena suasana hatiku, maka segala yang indah tidak tampak menarik, bahkan bintang dan bulan tidak bisa mengobati rasa sakit hatiku. Seakan ada seseorang yang direnggut dariku. Seakan aku kehilangan sesuatu yang takkan bisa kudapat kembali.

Bahkan dengan rasa kehilangan yang menggenang dalam hatiku, segalanya tetap berjalan seperti semestinya; angin tetap berembus, bintang tetap bersinar, dan dunia tetap berputar. Hanya aku seorang yang merasa kehilangan. Tidak ada satu pun di antara mereka menawari pertolongan sekadar pundak bersandar. Nyeri berdenyut hebat di kaki, bukti bahwa dulu ada rantai yang pernah melingkar bak ular hitam. Meski begitu, aku tetap berjalan mengikuti arahan pelayan.

Memasuki bangunan, melewati koridor, dan akhirnya masuk ke suatu ruangan.

Di dalam sana tersedia bathtube dan segala perlengkapan mandi. Mereka bahkan tidak meminta izin, langsung menelanjangi dan memandikanku. Punggung, rambut, kaki-mereka membersihkan seluruh tubuh. Aku tidak peduli. Hatiku mati rasa. Diriku diam, membiarkan mereka menuntaskan pekerjaan. Pakaian, dandanan, segalanya. Aku seakan berada di sini, tapi sebenarnya tidak.

Aku berharap diriku tidak nyata.

Keputusasaan. Apabila seseorang bersedia melukis suasana hatiku dalam satu kata, pasti dia memasukkan keputusasaan dalam lukisanku. Hutan yang ditumbuhi tanaman beracun. Tidak ada keindahan. Tidak ada seni. Hanya kepedihan.

Para pelayan berhasil menyelesaikan tugas. Mereka membawa serta peralatan dan meninggalkanku seorang diri. Ketiadaan mereka mengembalikan kesadaranku. Ruangan tersebut memiliki sebuah ranjang bertiang empat, masing-masing tiang dihias gorden berwarna merah. Sepasang sofa dan satu meja. Tidak ada cermin, tetapi terdapat jendela bertirai menampilkan siluet malam. Aku bergegas mencoba membuka jendela dan tentu saja hanya menelan kekecewaan. Seluruh jendela dalam keadaan tersegel. Satu-satunya jalan keluar hanya melalui pintu.

Duduk.

Sendirian.

Andai ada sejumput keajaiban, bahkan meskipun berasal dari iblis, aku tidak akan menolak. Joseph dan Inocia pasti ditawan di suatu tempat. Aku harus menyelamatkan mereka. Setidaknya mungkin aku bisa membujuk Jenin agar bermurah hati kepada orangtuaku. Dia berjanji akan mengabulkan satu permintaanku, maka satu-satunya yang harus diutamakan ialah keselamatan Joseph dan Inocia.

***

Esok harinya, aku pun mengerti status yang disandangkan Jenin kepadaku: Wanita simpanan. Perasaan getir merambati sanubari. Bahkan dalam mimpi terburuk yang pernah kuselami, aku tidak pernah membayangkan diriku sebagai wanita kedua. Pelayan, ruang mewah, dan segala perlakuan istimewa. Semua itu tidak bisa mengobati sakit hati yang kuderita. Bahkan, sekalipun Jenin memberiku seleruh Arcadion, dia tidak bisa menghilangkan kehampaan yang telanjur menganga dalam raga.

Crimson Rose (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang