9

27.3K 4K 120
                                    

Andai diizinkan, maka lebih baik aku tidak perlu mengadakan debut. Pemborosan. Lebih baik uangnya kugunakan untuk keperluan boneka. Bayangkan uang yang bisa kudapatkan dari hasil penjualan. (Bisnisku itu menghasilkan. Joseph dan Inocia patut berbangga memiliki putri yang kreatif dan berwawasan ramah kantong. Jarang-jarang, kan, ada gadis sepertiku; baik hati, tidak sombong, rendah hati, rajin menabung, dan yang terpenting: Kurang pergaulan.) Lagi pula, aku tidak tertarik terjun ke ranah sosial. Aku bahkan tidak hafal nama bangsawan di tingkat atas hingga menengah ke bawah. (Memangnya, mengingat nama bangsawan akan meningkatkan harkat hidupku? Aku berani taruhan mereka tidak peduli bila keluarga Joseph jatuh bangkrut. Percayalah, ranah kapitalis mengacu pada rumus untung-rugi. Hubungan dibina atas dasar kepentingan dan kesejahteraan. Sisanya, murni rumus perhitungan belaka.)

Apa pun yang ditawarkan Inocia mengenai konsep pesta akan kuterima. Tidak perlu debat. Segala sesuatu bisa diselesaikan dengan musyawarah sepihak alias Inocia yang memutuskan segala sesuatu. Dia bahkan berniat mengundang Raja dengan alasan, "Sayang, kaulupa, ya bahwa Raja mengharapkan undangan darimu?" Sebenarnya aku akan dengan senang hati menjawab: "Sebenarnya aku tidak berencana mengundang keluarga kerajaan." Tetapi, tentu saja kebenaran itu tidak kuungkapkan.

Satu-satunya yang patut kusyukuri ialah, orangtuaku mengizinkanku menulis undangan kepada Nox. Diam-diam, sebenarnya, yang sesungguhnya, sejatinya: AKU SUDAH LAMA MERENCANAKAN UNDANGAN PERSAHABATAN DENGAN ALGOJO 1. Kawan-kawanku yang budiman, alangkah baiknya bila kita berhati-hati terhadap kemungkinan terburuk. Ya, kematian memang takdir bagi setiap manusia. Tidak ada yang bisa mengelak. Tapi, seburuk-buruknya kematian, aku pun menginginkan kematian damai. (Mungkin usiaku sembilan puluh sekian. Keriput. Bungkuk. Hidup di tepi danau yang ada padang bunga liarnya. Indahnya mati secara normal dan tidak mengerikan.)

Kutulis undangan penuh cinta (jadi begini, cinta yang kumaksud ini antara sahabat) di selembar kertas berwarna merah mawar.

Nox, maukah kaudatang di acara debutku? Tidak perlu hadiah. Asal kaudatang aku pasti senang tiada tara.

Peri Mawarmu.

Lama-lama aku pun terbiasa dengan julukan pemberian Nox. Peri Mawar. Yah, setidaknya itu jauh lebih baik daripada sebutan "antagonis sekarat". Kehidupan yang diberikan kepadaku kali ini takkan kusia-siakan. Aku tidak berencana menikahi siapa pun sebelum yakin bahwa jerat takdir Alina sudah putus. Tidak ada kecemburuan. Aku ingin menyatukan Yuna dengan siapa pun yang ia kehendaki. Caius, Nox, bahkan Penyihir Rugal pun akan dengan senang hati kudukung penuh semangat gladiator. Akan kusingkirkan Medusa serta Gorgon mana pun yang ingin menghalangi cinta suci Yuna. Dan, cara terbaik untuk mewujudkan cinta tersebut ialah: AKU PURA-PURA TIDAK TAHU SAJA!

"Apa sekarang kauingin menangis?"

Pertanyaan Penyihir Rugal masih membekas di benakku. Kematian. Dia mungkin penasaran ketika melihatku tidak bereaksi sesuai harapannya. Ada hal buruk dari yang terburuk pun menimpaku. Kehidupan asliku jauh dari kata menyenangkan. Aku bahkan bertanya-tanya alasan terlahir sebagai tokoh antagonis. Mungkin saja hidupku sebenarnya komedi tragis hingga pantas dilahirkan sebagai karakter yang terlahir guna mendukung karakter lain bersinar. Karakter yang ditakdirkan menderita, tenggelam dalam dukacita, kemudian terlupakan.

Mungkin aku memang pantas diperlakukan demikian, namun jauh di dalam sudut hatiku keinginan untuk bahagia berdenyar kuat mengalahkan kegelapan benakku. Kian terang, benderang, hingga akhirnya aku tidak takut bermimpi bahagia.

Semua manusia berhak mendapatkan kebahagiaan mereka.

Tanpa terkecuali.

***

"Nona, kaupasti bisa."

Sekali saja. Hanya sekali saja aku berharap Emily bisa mendengar suara hatiku. "Emily, gaunnya terlalu mencolok."

Crimson Rose (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang