17

15K 2.3K 123
                                    

Penyihir Rugal tidak memberi pembenaran apa pun atas pertanyaan yang kulontarkan. Dia memilih mengalihkan perhatian, (dan meskipun aku yakin dia mengetahui keingintahuanku), pada pertarungan camar yang memperebutkan seekor kepiting. Kabar baiknya, tidak satu pun camar berhasil mendapatkan kepiting tersebut sebab binatang itu berhasil bersembunyi di lubang karang sementara kedua pemburunya terkatung-katung memikirkan mangsa baru. Oh ya, sebenarnya itu bisa jadi kabar buruk karena kedua burung tersebut harus mencari kepiting lain agar tidak mati kelaparan. Sabar, teman-teman. Mungkin pemandangan dua camar kelaparan tidak menarik perhatianmu, tetapi ada sesuatu yang membuatku terus memikirkan kejadian tersebut.

Laiknya kepiting yang berjuang menyelamatkan diri dari pemangsa-camar-camar cerewet penebar ranjau darat alami-aku mengira berhasil menyelamatkan diri ... mendapatkan lubang persembunyian, jauh dari jangkauan pemangsa. Sayangnya perjuanganku tidak gampang. Ada bagian yang kusepelekan. Kukira asal berteman dengan Nox dan menjauhi Caius merupakan jalan teraman yang harus kutempuh. Ternyata bukan kematian yang harus kutakuti. Tidak ada racun yang, seperti yang diminum Alina, ditawarkan kepadaku. Aku bahkan tidak menduga akan mendapat sambutan hangat dari mereka.

Lalu, kenapa perasaanku takkunjung tenang?

"Jauhi masalah," Penyihir Rugal memperingatkan. Pada akhirnya dia bersedia melepaskanku (maksudku memulangkanku). Kami berdua berdiri di tengah kebun mawar fosfor. Senja tiba dan seluruh warna disinari nuansa emas. Langit menampilkan warna ungu berpadu merah muda. Bila kalian melihat lebih seksama, maka kalian akan mendapati beberapa bintang mungil di atas sana. "Kau mengerti maksudku, 'kan?"

Sebenarnya aku tidak mengerti. Tidak benar-benar paham masalah utama yang wajib kujauhi. Prioritasku hanyalah bertahan hidup. Aku tidak ingin menarik perhatian siapa pun. "Aku usahakan."

"Bukan itu jawaban yang kuinginkan." Mungkin dia mendengar nada ketidakyakinan dalam suaraku. "Kadang aku merasa kau berpura-pura tidak peduli."

Aku tidak bisa menjanjikan hal yang tidak kumengerti. Sebaiknya dia belajar menjauhiku sebab masalah jelas tertarik menikahi si penyihir daripada aku.

"Andai kita bertemu lebih awal, Alina."

Suara Penyihir Rugal kian memudar seiring kehadirannya. Perlahan sosok pria berambut perak itu pun lenyap.

Hanya ada aku.

Seorang diri.

***

Joseph dan Inocia tampak terguncang mendapati kehadiran Penyihir Rugal. Emily telah menceritakan segalanya dan mereka tidak menyalahkan pelayanku. Sebaliknya, jelas keberanianku menemani Penyihir Rugal patut dipertanyakan. Aku tidak tertarik membahas apa pun kepada mereka. Segalanya kututup rapat untuk diriku seorang.

Hanya aku. Tidak ada yang lain.

Anak-anak, kalau kalian memperhatikan, sebenarnya memahami hidup jauh lebih kompleks daripada orang dewasa. Aku tidak terhitung sebagai anak-anak biasa. Lagi pula, aku pernah bersentuhan dengan kematian ... kematian milikku, bukan Alina. Bahkan ingatan serta pengalaman menyedihkan masa laluku pun tidak serta-merta mengubahku menjadi pribadi kuat. Hanya di luar saja aku terlihat tidak peduli, tetapi jauh di dalam diriku tersimpan rahasia yang tidak mungkin bisa kubagi kepada siapa pun.

Orangtua asliku tidak membanggakan, mungkin mereka juga tidak membanggakanku. Selalu ada hal dariku yang dijadikan pembahasan buruk. Namun, Joseph dan Inocia menerima seluruh sisi baik dan buruk milikku. Mereka sesungguhnya tipikal orangtua yang kuinginkan. Penuh kasih, empati, dan tidak memaksaku menjadi orang lain. Andai Alina bisa melihat orangtua yang dimilikinya secara jernih, mungkin mengejar Caius tidak akan dilakukannya. Ada cinta yang lebih murni daripada perasaan kekasih kepada pasangannya. Cinta yang satu ini tidak menuntut, tidak pula membebani. Cinta yang Joseph dan Inocia miliki kepada Alina jauh lebih dasyat daripada apa pun sebab orangtua tidak pernah mengharapkan balasan dari anak yang mereka cintai.

Crimson Rose (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang