Budayakan vote dahulu sebelum baca guys 🌟
Happy reading. .❤
Esoknya keadaan Putri sudah mulai membaik. Dia sekarang sudah bisa keluar tenda walaupun masih kedinginan.
"Lo beneran udah nggak papa, Put?" tanya Sarah yang masih khawatir.
"Gue nggak papa, Sar. Thanks yah buat semalem," balas Putri tersenyum menatap kedua sahabatnya.
"Lo udah bikin gue nangis tau nggak?" sahut Ayu yang memang tidak pernah menunjukan tangisannya di depan kedua sahabatnya.
"Iya sorry, gue inget banget semalem. Lo nangis meluk gue, dan ingus lo juga meler di baju gue," ucap Putri terkekeh.
Mendengar itu kedua sahabatnya pun langsung tertawa. "Nggak papa lo ngejek gue. Itu artinya lo emang udah baik-baik aja sekarang," timpal Ayu tersenyum.
"Yaudah kuy! Pak Indra udah teriak-teriak tuh nyuruh kita kumpul," pungkas Sarah, sambil menggandeng tangan kedua sahabatnya.
Di area terbuka dekat tenda, Pak Indra mengumumkan kegiatan yang akan diadakan hari ini. Dan menyuruh semua anggota sispala untuk membentuk kelompok sendiri, yang beranggotakan tujuh orang disetiap kelompoknya.
"Baiklah, jika kalian sudah membentuk kelompok, kalian bisa mengambil gulungan kertas yang ada di dalam kardus ini," jelas Pak Indra sambil menunjukkan kardus di hadapannya.
Semua anggota sispala pun kini langsung berhamburan untuk mencari teman kelompok. Trio sarap juga masih membutuhkan empat orang lagi untuk melengkapi kelompok mereka.
"Gimana? lo udah dapet kelompok apa belum, Put?" tanya Gibran yang kini sudah berdiri di hadapan Putri.
"Kita masih kurang empat orang lagi, Kak. Eh ... maksud gue, Gib," jawab Putri, yang masih belum terbiasa memanggil Gibran tanpa panggilan 'Kak'.
Gibran yang mendengar itu pun terkekeh. "Ya udah, gue cariin bentar. Kalian bertiga tunggu di sini aja yah," ucap Gibran sambil berlalu pergi mencarikan kelompok untuk Putri dan kedua sahabatnya.
"Kak Gibran baik banget sih, jadi tambah meleleh gue," sahut Sarah, tersenyum senang ke arah Gibran yang mulai menjauh.
"Oh iya Put, dulu waktu kecil Kak Gibran anaknya kayak gimana?" tanya Ayu yang kini sangat penasaran dengan persahabatan antara Putri dan Gibran waktu mereka kecil.
"Dulu, dia itu anaknya agak gemuk, makanya gue nggak kenal sama dia yang sekarang. Dia juga sahabat yang baik, yang selalu belain gue, kalau ada anak yang nakal sama gue," balas Putri tersenyum mengenang masa kecilnya.
"Beruntung banget yah, lo. Semalem aja gue liat dia itu khawatir banget sama lo, Put," sahut Sarah tersenyum.
"Iya gue juga nggak nyangka, akan ketemu lagi sama dia setelah lima tahun lebih berpisah," balas Putri.
"Berarti Kak Gibran itu sahabat sejatinya lo, Put," sahut Ayu, yang dibalas senyuman oleh Putri.
"Bentar lagi bukan jadi sahabat sejati, tapi cinta sejati," sambung Sarah yang langsung membuat Putri salah tingkah.
"Apaan sih, nggak gitu juga kali, Sar," jawab Putri berusaha biasa saja.
Mendengar itu Sarah dan Ayu hanya tertawa saja melihat Putri yang semakin salah tingkah, karena baru kali ini mereka berdua melihat Putri yang seperti ini.
Saat itu juga Gibran pun menghampiri ketiga sahabat itu bersama empat anggota sispala yang notabenenya adalah kakak kelas trio sarap. Mereka semua adalah Aldo, Rio, Bayu, dan Chika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me Please! [Selesai]
Teen Fiction[Completed] ⚠FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA⚠ Kisah ini bukanlah kisah biasa, kisah yang menceritakan dua insan yang dipertemukan dengan ikatan cinta dan persahabatan antara kedua orang tua mereka. Akankah ikatan itu akan terikat untuk...