Part 39. Maaf

769 52 367
                                    

Happy reading guys. .❤

Mentari pagi telah menampakan diri dari persembunyiannya. Sinarnya mampu membangunkan gadis yang masih terlelap dari tidurnya itu.

Revi menggeliat sembari meregangkan kedua tangannya. Hari ini dia berniat untuk berangkat ke sekolah setelah tiga hari dia absen karena sakit. Rasanya sangat membosankan. Itulah yang dirasakan oleh Revi saat ini.

"Revi kamu udah bangun, sayang," sapa Nadia yang baru saja masuk ke dalam kamarnya.

"Iya, Tante. Oh iya, hari ini Revi mau berangkat sekolah yah, Revi bosen banget di rumah terus," ucap Revi. Dia memang sudah bosan menjadi kaum rebahan. Dia sangat rindu sekolah dan juga sahabatnya.

Mendengar ucapan keponakannya, Nadia pun tersenyum. "Kamu beneran udah gapapa?"

"Aku udah sehat banget, Tante," jawab Revi semangat.

"Yaudah, tapi pulang sekolah nanti kita ke rumah sakit yah. Inget, kamu juga harus check-up lagi biar cepet sembuh," ucap Nadia sambil mengusap pelan puncak kepala Revi.

Ada ketakutan tersendiri ketika Revi mendengar kata rumah sakit. Sanggup kah dia melangkahkan kakinya lagi di sana? Masalahnya, traumanya itu masih belum bisa dia hilangkan sampai sekarang. Kenangan buruknya selalu menghantui dirinya ketika berada di rumah sakit.

"Revi, Rev?" ucap Nadia berkali-kali. Ternyata sedari tadi Nadia memanggil nama Revi, karena Revi tiba-tiba melamun.

"Eh, iya Tante?" jawab Revi berusaha terlihat biasa saja.

"Kamu kenapa?"

"Gapapa kok, aku mau mandi dulu yah, Tante," jawab Revi sambil bergegas untuk masuk ke dalam kamar mandi.

Walaupun merasa aneh dengan sikap Revi, Nadia tetap diam dan membiarkan Revi untuk membersihkan diri. Sebenarnya Nadia sangat tau jika Revi takut dengan rumah sakit. Tapi, walau bagaimanapun Revi juga harus diobati. Dia berharap trauma Revi bisa hilang. Dia khawatir melihat Revi yang terus ketakutan seperti sekarang.

***

Setelah selesai dengan sarapannya, Revi pamit untuk berangkat ke sekolah.

"Tante, Revi mau berangkat sekarang yah," pamit Revi sambil mencium tangan Nadia.

"Iya, tapi jangan bawa mobil dulu ke sekolah," jawab Nadia tersenyum. Dia sangat tau keponakannya ingin membawa mobilnya ke sekolah.

"Tapi tante, Revi kan udah diizinin sama om Bima kemaren. Jadi, gapapa yah Revi bawa mobil," pinta Revi dengan nada memelas. Dalam hati dia sangat kesal karena Gibran baru saja menghancurkan mobil dan juga kepercayaan om dan tantenya itu.

"Tapi itu kan sebelum kamu kecelakaan seperti kemaren, jadi mulai sekarang biar tante aja yang anterin kamu," jawab Nadia lagi sambil mengambil kunci mobil yang ada di tangan Revi. Revi pun hanya bisa pasrah saja sekarang.

'Dasar cowok rese nyebelin! Gak akan gue kasih ampun nanti kalau ketemu!' batin Revi kesal. Padahal belum sampai satu hari dia membawa mobilnya, sekarang dia malah sudah dilarang lagi membawa mobil gara-gara Gibran.

***

Sesampainya Revi di sekolah, dia langsung mendapatkan tatapan prihatin dari teman-teman lainnya. Mungkin karena perban yang melingkar di kepalanya yang membuat mereka menatap iba ke arah Revi.

Revi yang risih ditatap seperti itu oleh teman-temannya langsung mempercepat langkah kakinya. Dan saat itu juga, sebuah kaki dengan sengaja menghalangi langkahnya, hingga akhirnya Revi pun terjatuh.

Brukkk

Hahahaha

Tawa menyebalkan memasuki gendang telinga Revi. Revi pun langsung berdiri dan menatap tajam seseorang yang baru saja membuatnya terjatuh.

Stay With Me Please! [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang