Happy reading guys. .❤
"Kamu adalah alasan dari setiap rindu yang tak tersampaikan"
***
Sepulang sekolah Gibran langsung melajukan mobilnya menuju pemakaman. Ini adalah kali pertamanya dia memberanikan dirinya untuk pergi ke sana lagi. Rasanya dia masih belum bisa menerima kepergian gadis yang sangat dicintainya itu.
Bukannya Gibran tidak menyadari jika sikapnya akhir-akhir ini berubah. Dia sadar betul dia berubah. Entah kenapa setelah kehilangan Putri, dia seperti menjadi orang lain dalam dirinya. Dia bahkan tidak mengenali dirinya yang sekarang. Dia memang tidak bisa berpura-pura tersenyum di atas kepedihannya saat ini.
Setelah sampai di area pemakaman, Gibran langsung turun dari mobilnya. Dan membawa bunga mawar merah yang sama seperti yang dulu pernah dia berikan untuk Putri.
Baru saja dia melangkahkan kakinya menuju makam Putri. Gibran dikejutkan dengan seorang anak perempuan berseragam sekolah sama seperti dirinya, sedang duduk di samping makam Putri.
Walaupun penasaran Gibran tidak mau menghampiri gadis itu. Dia langsung masuk lagi ke dalam mobilnya, untuk menunggu cewek misterius itu keluar dari area pemakaman.
"Put, gue kangen," ucap Revi sembari mengusap air mata yang terjatuh membasahi kedua pipinya. "Gue sekarang udah sekolah di sekolah lo, Put. Tapi, kalau lo nya nggak ada, gimana bisa gue semangat sekolahnya," lanjut Revi dengan suaranya yang parau.
"Lo tau nggak? Di sekolah ada anak cowok yang nyebelinnya minta ampun. Dan yang gue nggak nyangka lagi, katanya dia pernah jadi pacar lo. Kenapa lo mau sih pacaran sama cowok rese kayak dia?" tanya Revi mencurahkan isi hatinya.
Walaupun Revi tau semua ini percuma. Tapi, menurutnya paling tidak dia merasa nyaman jika sudah mencurahkan isi hatinya ke Putri. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri akan sering mengunjungi makam Putri. Dan menceritakan tentang kesehariannya ke Putri. Walaupun dia harus seperti orang gila yang ngomong sendirian di kuburan seperti saat ini, dia pikir itu bukanlah masalah.
"Put, gue pulang yah? Besok gue akan ke sini lagi," pamit Revi tersenyum menatap batu nisan Putri.
Setelah memanjatkan doa untuk Putri, Revi langsung berjalan ke arah mobil yang dia parkir tidak jauh dari tempatnya.
***
Gibran yang melihat cewek misterius itu sudah pergi pun langsung turun dari mobilnya. Dan melangkah kan kakinya menuju makam Putri.
Sudah satu bulan dia tidak berani menginjakkan kakinya lagi di sana. Rasanya hatinya sekarang masih sama hancurnya seperti saat pertama kali Putri meninggalkannya.
"Sayang, apa kabarmu hari ini?" tanya Gibran tersenyum sedih menatap batu nisan Putri.
"Kamu pasti udah bahagia di alam sana kan, Put? Tapi, aku di sini nggak bahagia, Put. Karena aku nggak bisa jauh dari kamu," ucap Gibran yang tanpa dia sadari air matanya menetes lagi.
"Banyak yang bilang aku berubah, Put. Tapi kamu harus percaya, kalau cintanya aku ke kamu nggak akan pernah bisa berubah. Mungkin aku emang gila, karena nggak bisa lupain kamu. Tapi pada kenyataannya aku memang sangat mencintai kamu Put," lanjut Gibran sembari mengusap batu nisan Putri.
"Oh iya, di sekolah ada anak baru. Dia nyebelin banget anaknya. Dan kamu tau? Dia duduk di bangkunya kamu. Berani banget kan dia. Untungnya aku tau, dan langsung nuker bangkunya dia sama kursi yang ada di kantin," ucap Gibran terkekeh. Ingin rasanya dia melihat Putri sekarang dan melihat tawanya lagi seperti dulu.
Rasanya sungguh menyesakkan.
"Tapi dari sekian banyak cewek yang ada di sekolah, hanya anak baru itu yang kelihatannya benci banget sama aku. Lucu yah? Kamu juga pasti nggak akan percaya, Put," kali ini Gibran tersenyum. Perasaannya sangat lega sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me Please! [Selesai]
Fiksi Remaja[Completed] ⚠FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA⚠ Kisah ini bukanlah kisah biasa, kisah yang menceritakan dua insan yang dipertemukan dengan ikatan cinta dan persahabatan antara kedua orang tua mereka. Akankah ikatan itu akan terikat untuk...