Happy reading guys. . ❤
"Berikan aku sebuah alasan, agar aku bisa tetap bersabar, dan mencoba untuk bertahan di dalam sebuah kepahitan"
▪Rafael Gibran Samudra▪
***
Dua minggu sejak kepergian Putri. Gibran sudah mau berangkat sekolah lagi. Itu semua berkat kedua orang tua dan juga gurunya, yang terus menyemangatinya untuk kembali bersekolah.
Saat mobilnya terparkir rapi di parkiran sekolah. Bayangan kebersamaannya dengan Putri pun terus terngiang di dalam ingatannya. Seakan-akan memorinya tidak membiarkan dia lupa sedikitpun tentang kenangan indahnya bersama Putri.
Kehilangan orang yang sangat dicintai, membuat sifat Gibran berubah. Gibran yang biasanya sangat ramah dengan semua teman sekolah dan juga penggemarnya, sekarang berubah menjadi 'dingin'. Dia bahkan berjalan tak acuh, saat melewati sekumpulan penggemarnya yang menyambutnya.
"Kok Gibran jadi berubah banget sih?" tanya Shinta, saat sapaannya tidak ditanggapi oleh Gibran.
"Mungkin karena Putri udah nggak ada kali, dia jadi kayak gini sekarang," sahut Metta senang.
"Trus gimana dong, apa kita harus mundur jadi penggemarnya?" sahut Rani sedih.
"Gue nggak akan nyerah buat dapetin Gibran. Kita liat aja nanti, dia bakal bertekuk lutut sama gue," ujar Metta tersenyum sinis ke arah teman-temannya.
"Terserah lo deh, kalau gue ngikut aja," sahut Shinta pasrah.
Dan setelah sampai di kelasnya. Gibran pun langsung masuk, tanpa menghiraukan sapaan teman-teman satu kelasnya.
Bara yang melihat Gibran duduk di sampingnya, dan menatap datar ke arahnya, juga bingung harus berbuat apa sekarang.
"Gue seneng lo udah mau berangkat sekolah lagi, Gib," ucap Bara tersenyum kecil ke arah Gibran yang juga mengabaikannya.
Bukannya menjawab, Gibran langsung memasang earphone di kedua telinganya, untuk mencegah teman-teman yang lain mengganggunya.
'Mau sampai kapan lo kayak gini terus, Gib' batin Bara frustasi. Dia tidak mau melihat sahabat karibnya terpuruk terus menerus seperti ini.
***
Saat jam pelajaran selesai, Gibran langsung berjalan ke arah kantin sendirian. Dia memang tidak ingin bersama siapa-siapa sekarang.
Setelah membawa pesanannya, dia pun langsung duduk di pojokan kantin, tanpa ingin diganggu oleh siapapun.
Sambil menyantap makanannya, Gibran berkali-kali menatap Ayu dan Sarah. Berharap tiba-tiba Putri muncul, dan bercanda bersama kedua sahabatnya itu. Dia sangat merindukan senyuman manis dan juga candaan receh Putri.
Tapi sepertinya sia-sia, pikirnya. Gibran pun langsung beranjak dari tempat duduknya. Dan meninggalkan makanannya yang masih tersisa setengah porsi itu.
Dengan langkahnya yang pasti. Kakinya membawanya ke ruang musik. Dan di sana sudah ada Rio dan Bayu, yang sedang mengambil gitarnya untuk di bawa ke dalam kelas.
"Mau apa, Gib?" tanya Rio.
Tanpa menjawab ucapan Rio, Gibran langsung berjalan melewati Rio begitu saja. Dan langsung masuk ke dalam ruang musik.
Seakan mengerti dengan perasaan Gibran sekarang. Rio langsung menyerahkan sebuah kunci ke arah Gibran.
"Nih, Gib. Nanti kalau udah bel masuk, lo langsung kunci ruang musiknya yah," ucap Rio, setelah itu dia pun keluar, disusul oleh Bayu di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me Please! [Selesai]
Teen Fiction[Completed] ⚠FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA⚠ Kisah ini bukanlah kisah biasa, kisah yang menceritakan dua insan yang dipertemukan dengan ikatan cinta dan persahabatan antara kedua orang tua mereka. Akankah ikatan itu akan terikat untuk...