Happy reading guys. .❤
Di balkon kamarnya, gadis berwajah baby face itu kini termenung sambil menggenggam selembar kertas yang kini ada di tangannya.
Walaupun bulan dan bintang bersinar cukup terang di atas sana, semua itu tidak mempengaruhi suasana hatinya yang kian terpuruk.
Mimpi dan juga harapan harus ia kubur dalam-dalam. Menyakitkan memang, tapi jika sudah menjadi takdirnya, ia tidak bisa lagi berbuat apa-apa.
"Sepertinya umur aku memang udah gak akan lama lagi," gumam gadis itu bersamaan dengan air matanya yang mengalir.
Dua minggu yang lalu dia baru saja mendapatkan hasil diagnosa kesehatannya. Ternyata bukan hanya asma saja sakitnya, melainkan pneumotoraks atau infeksi paru-paru.
Sudah lama dia merahasiakan rasa sakitnya ini, bahkan kedua orang tuanya pun hanya mengetahui jika gadis itu memiliki sakit asma saja. Padahal kenyataannya, dia mempunyai dua penyakit sekaligus yang bersarang di dalam tubuhnya.
Semua itu tersembunyi dengan sangat rapi. Ia berusaha menyembunyikan rasa sakitnya itu dengan sebuah senyuman dan juga keceriaan yang tak pernah lepas dari kepribadiannya. Sampai akhirnya banyak yang tidak tau jika selama ini dia memendam rasa sakitnya itu sendirian.
"Ayah, bunda, maafin Putri. Maaf karena Putri menyembunyikan semua ini," ucap Putri yang kini terisak.
Dia tidak sanggup lagi memberitahu kedua orang tua dan juga sahabatnya tentang penyakit komplikasi yang dideritanya selama ini.
Mendengar dia memiliki sakit asma saja, kedua sahabatnya begitu mengkhawatirkannya. Apalagi jika kedua sahabatnya tau, jika dia menyembunyikan sakitnya yang lain. Pasti semua itu hanya akan membuat kedua sahabatnya terus mengkhawatirkan keadaannya.
Sedangkan Putri, dia hanya ingin melihat semua orang yang disayanginya itu tersenyum dan juga bahagia. Itulah alasan mengapa ia menyembunyikan penderitaannya selama ini.
Bibirnya pun kini membentuk kurva senyuman kala mengingat Gibran. Sahabat di masa lalunya yang kini bisa bertemu kembali.
Sungguh lucu memang, di saat terakhir hidupnya, dia justru bertemu lagi dengan Gibran, sahabat kecilnya. Dan sekarang, dia malah mengisi ruang di hatinya dengan penuh cinta.
Senyuman dan tawa Gibran semakin membuatnya menangis pilu. Bagaimana jika dia tiba-tiba pergi dari hidup Gibran? Apakah Gibran akan menerima kenyataannya? Apakah masih ada canda dan tawa lagi setelah kepergiannya? Dia sungguh tidak sanggup lagi untuk membayangkan semuanya.
Pertanyaan-pertanyaan itu semakin membuat Putri terisak. Karena dia tau, jika Gibran begitu mencintainya. Begitupun juga dengannya, dia sangat mencintai Gibran melebihi hidupnya sendiri.
"Aku sayang sama kamu, Gib. Tapi waktu aku memang tidak banyak. Besok aku janji, akan memberi satu hari terindah untuk kamu. Walaupun hanya sesaat, aku harap itu cukup untuk menghabiskan sisa umurku hanya bersama kamu," ucap Putri sambil memeluk erat boneka pemberian Gibran. Dia begitu berat untuk meninggalkan orang yang begitu ia cintai.
Jika boleh untuk meminta, maka dia hanya ingin melihat senyuman orang-orang yang ia sayangi, bukan malah tangisan orang-orang yang ia sayangi.
"Aku harap, Revi juga mampu mengembalikan senyuman kamu setelah kepergianku nanti, Gib," ucap Putri semakin terisak.
Malam ini Putri memang merasakan firasat buruk, jika waktunya tidak akan lama lagi. Ingin sekali ia mengucapkan kata selamat tinggal untuk orang yang ia sayang, tapi ia tau, semua itu hanya akan membuat orang-orang yang disayanginya bersedih.
Dia juga tidak sanggup meninggalkan sepupunya itu. Mengingat Revi juga sudah menderita dengan kepergian orang-orang yang disayanginya selama ini.
"Maafin aku, Rev. Maaf karena kamulah yang akan menjadi pengobat luka orang-orang yang aku sayangi nanti. Padahal aku tau kamu juga sudah sangat menderita," ucap Putri semakin terisak.
Dan sekarang, Putri pun mengirim Revi sebuah pesan. Walaupun dia tidak berani untuk mengatakan hal yang sebenarnya, paling tidak dia sudah mengatakan tujuannya, yaitu meminta Revi untuk pindah dan tinggal bersama kedua orang tuanya. Hanya ini yang bisa ia lakukan sebelum ia benar-benar pergi.
Putri berharap, Revi bisa menggantikan posisinya dihati Gibran. Dia sangat yakin, jika hanya Revi lah yang mampu mengabulkan permintaan terakhirnya itu. Permintaan sebelum ia benar-benar pergi untuk selama-lamanya.
Cinta memang datang tanpa ia kira, cinta juga kadang hadir tanpa ia minta. Begitupun juga dengan hidup, kita tidak pernah tau kapan berawal dan juga kapan akan berakhirnya.
Seperti senja di sore hari, hadirnya selalu dinanti oleh malam, hadirnya juga menjadi tanda berakhirnya siang. Seperti sebuah pertemuan, setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan, perpisahan abadi yang kelak kita semua akan alami.
Tanpa kita semua sadari, kematian kadang menghampiri orang yang kita sayangi begitu saja. Karena kita semua tidak tau kapan datangnya. Untuk itu, buatlah orang-orang di sekeliling kita bahagia. Walaupun hanya dengan sebuah senyuman, itu sangat berarti untuk mereka yang kita sayang.
***
Maaf kalau epilognya kurang berkesan🙏
Maaf juga udah ingetin lagi tentang Putri :')
Bukan tanpa alasan aku buat epilog tentang Putri. Aku ingin buat kisah ini berawal dari Putri dan juga berakhir dengan Putri. Walaupun Putri sudah tidak ada, dia juga berperan penting dalam cerita ini :')
Makasih udah mampir😘
Jangan lupa vote dan comment yah❤
Double up, langsung scroll ke bawah ada extra part👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me Please! [Selesai]
Dla nastolatków[Completed] ⚠FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA⚠ Kisah ini bukanlah kisah biasa, kisah yang menceritakan dua insan yang dipertemukan dengan ikatan cinta dan persahabatan antara kedua orang tua mereka. Akankah ikatan itu akan terikat untuk...