Happy reading guys. .❤
Bughhh
Kali ini Bara lah yang memukul Gibran, sampai jatuh tersungkur di atas aspal.
"Lo pikir cuma lo yang kehilangan Putri! Lo lupa kalau gue juga suka sama Putri! Lo lupa gimana gue harus mengalah, dan membiarkan lo deket sama Putri! Lo pikir selama ini hati gue nggak sakit!"
Bughhh
Bughhh
Lagi dan lagi Bara terus memukuli Gibran. Gibran pun tidak membalas pukulan Bara. Dia sadar, dia pantas mendapatkannya.
Setelah selesai memukuli Gibran. Bara langsung terduduk, dan menatap nanar ke arah kedua tangannya, yang baru saja dia gunakan untuk memukuli Gibran. Rasanya menyakitkan jika harus melakukan kekerasan untuk menyadarkan sahabatnya.
"Gue udah anggap lo sebagai saudara gue sendiri, Gib! Gue nggak mau lo terus-terusan terpuruk kayak gini," ucap Bara yang kini meneteskan air matanya. Bara pun langsung mengusap kasar air matanya. Dia heran mengapa dia bisa selemah ini.
"Maafin gue Bar, gue yang salah," ucap Gibran yang juga terduduk di samping Bara. Dia sangat menyesal.
"Lo harus janji nggak boleh kayak gini lagi!" ucap Bara menatap nanar ke arah Gibran.
"Gue nggak bisa janji. Tapi, gue akan mencoba buat lupain semuanya," ucap Gibran tersenyum sedih ke arah sahabatnya.
"Lo pasti bisa, Gib!" sahut Bara. Dia tau Gibran tidak akan selamanya seperti ini. Dia sangat berharap, Gibran bisa membuka hatinya untuk gadis lain selain Putri.
***
Di kamar Ayu, Revi masih melamunkan kejadian tadi. Bagaimana Gibran menolongnya, bagaimana cara Gibran menatapnya.
"Nggak! Kenapa gue malah jadi mikirin dia," gumam Revi gusar.
Ayu dan Sarah yang baru saja masuk ke dalam kamar, langsung terkekeh melihat tingkah Revi.
"Ciye yang udah mulai kepikiran kak Gibran," ledek Ayu sambil duduk di samping tempat tidurnya. Di susul Sarah di sampingnya.
"Apaan sih, Yu," elak Revi mencebikan bibirnya kesal.
"Udah ngaku aja gapapa kok. Kita malah seneng kalau lo bisa deket sama kak Gibran," sahut Sarah yang kali ini serius. Setelah melihat kejadian tadi, entah kenapa Sarah begitu yakin jika hanya Revi yang bisa mengobati luka lama Gibran.
"Tau ah! Gue pusing! Gue mau pulang aja," ucap Revi kesal.
"Yee malah ngambek, udah lo nginep di rumah gue aja Rev. Gue tadi udah telepon om Bima kok," jawab Ayu santai.
Mendengar itu mata Revi membulat, "Gila apa lo, bilang kayak gitu ke om Bima! Nanti kalau om Bima khawatir gimana?!" tanya Revi panik.
"Gue nggak bilang lo habis tenggelem kok. Gue cuma bilang kalau malam ini lo mau nginep di rumah gue," jelas Ayu terkekeh geli.
Revi pun langsung tersenyum lega sekarang.
"Gue juga mau nginep, jadi kita tidur bertiga. Soalnya kalau berdua aja, nanti yang ketiganya itu setan," celetuk Sarah, yang langsung diberi tatapan bingung Ayu dan Revi.
"Iya, lo setannya, Sar," tawa Ayu menggema di kamarnya, di susul oleh Revi setelahnya.
"Sahabat lucknut emang," kesal Sarah sambil merebahkan diri di samping Revi.
"Sumpah gue masih nggak nyangka," celetuk Ayu tiba-tiba.
"Kenapa, Yu?" tanya Revi sambil menautkan kedua alisnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me Please! [Selesai]
Fiksi Remaja[Completed] ⚠FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA⚠ Kisah ini bukanlah kisah biasa, kisah yang menceritakan dua insan yang dipertemukan dengan ikatan cinta dan persahabatan antara kedua orang tua mereka. Akankah ikatan itu akan terikat untuk...