Part 08. Rahasia Yang Terbongkar

1.5K 161 442
                                    

Budayakan vote dulu sebelum baca 🌟

Happy reading guys. .

Setelah sore harinya anggota sispala melakukan repling di air terjun, malam harinya semua anggota Pecinta Alam berkumpul mengelilingi api unggun yang berada di tengah-tengah mereka.

Beramai-ramai mereka bersenandung ria. Ada yang menyanyi, ada juga yang menari-nari untuk menghangatkan suasana.

Karena kedinginan, Putri beranjak dari tempat duduknya, untuk mengambil sesuatu di dalam ranselnya.

Gibran yang sedari tadi memperhatikan Putri pun juga ikut beranjak dari tempat duduknya.

Sedari tadi, Gibran memang tidak henti-hentinya mengkhawatirkan Putri. Karena dia sangat tau alasan mengenai tante Nadia, yang tidak mengizinkan Putri mengikuti kegiatan kemping di hutan bersama anggota pecinta alam sekolahnya.

Dan ketika Putri sudah masuk ke dalam tendanya, Gibran langsung berjalan menuju tenda Putri. Karena, dia sangat takut terjadi sesuatu dengan Putri.

Di dalam tenda, Putri pun langsung mencari sesuatu di dalam ranselnya.

"Please, jangan kambuh di sini," ucap Putri yang masih panik karena belum menemukan inhalernya.

Selama ini Putri memang mengidap penyakit asma. Dan karena itulah, Nadia melarangnya mengikuti kegiatan kemping di hutan. Tapi, karena dia ingin seperti teman-temanya yang lain, Putri terpaksa harus berbohong dengan Bundanya.

Dan beruntungnya, dia sekarang sudah diizinkan oleh bundanya. Tapi, dengan keadaannya yang sekarang, Putri sangat menyesal tidak menuruti perkataan Bundanya.

Dan saat Putri menemukan inhalernya, dia pun langsung menghirupnya. Tapi, dadanya masih saja terasa sesak. Dia pun bingung harus berbuat apa sekarang. Karena keadaanya saat ini membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih. Dan saat itu juga, sebuah suara mengejutkannya.

"Put, lo gapapa?" tanya Gibran di belakangnya.

"Eng-nggak apa-apa, K-kak," ucap Putri terbata. Dan langsung menyembunyikan inhalernya di belakang tubuhnya.

"Udah nggak usah disembunyiin. Gue udah tau, sekarang lo pake jaket gue," ucap Gibran, yang langsung melepaskan jaketnya. Dan mengenakan jaketnya ke tubuh Putri.

Putri yang masih terkejut dengan kedatangan Gibran, hanya bisa kebingungan. Dan mencerna semua ucapan Gibran.

'Bagaimana dia bisa tau. Selama ini, semua temen gue kan gak ada yang tau kalau gue sakit' batin Putri yang kebingungan dengan sikap Gibran saat ini.

***

Sedangkan Ayu dan Sarah, mereka berdua kini terlihat begitu khawatir karena Putri tidak kunjung kembali setelah dia pergi ke tendanya untuk mengambil sesuatu.

Ayu dan Sarah yang tadinya menunggu Putri di dekat api unggun pun akhirnya memutuskan untuk menyusul Putri ke tenda.

Sesampainya di dekat tenda, keduanya terkejut, setelah melihat seorang lelaki yang tengah duduk di pintu tenda mereka.

"Hey, ngapain lo di tenda kita?!" tanya Sarah, yang sekarang sedang menggenggam sebuah ranting pohon. Karena dia takut lelaki yang berada di dalam tenda mereka itu adalah orang jahat.

Dan saat Gibran menengok ke arah belakang, ranting yang baru saja di pegang oleh Sarah pun terlepas.

"Kak Gibran ngapain di sini?" tanya Ayu menatap heran ke arah Gibran.

"Tolongin Putri, dia butuh bantuan kita sekarang," ucap Gibran yang masih khawatir dengan keadaan Putri.

Mendengar ucapan Gibran, Ayu dan Sarah langsung bergegas memasuki tenda. Mereka berdua pun langsung terkejut, ketika melihat wajah Putri yang sangat pucat.

"Ya ampun Put, lo kenapa?" tanya Ayu dan Sarah bersamaan.

Sedangkan Putri, dia masih kesusahan untuk berbicara, karena dadanya masih terasa sangat sakit.

"Asmanya kambuh, tolong ambilin selimut atau apapun biar Putri nggak kedinginan lagi," perintah Gibran yang masih panik.

Mendengar itu, kedua sahabatnya pun langsung panik. Mereka berdua langsung mengobrak-abrik isi tas mereka, untuk mengambilkan selimut untuk Putri.

"Kenapa Kak Gibran bisa tau kalau Putri terkena asma?" tanya Sarah menatap curiga ke arah Gibran, "kita aja nggak tau," lanjut Sarah sambil menyelimuti tubuh Putri dengan selimutnya.

"Gue sahabat masa kecilnya Putri," jawab Gibran. Pada akhirnya, dia memang harus jujur agar Sarah dan Ayu tidak berpikir macam-macam tentangnya.

Putri yang masih memegangi dadanya karena kesakitan, juga terkejut setelah mendengar ucapan Gibran. Dia pun menatap Gibran tidak percaya.

Melihat tatapan Putri yang kebingungan seperti itu, Gibran pun tersenyum lemah. "Gue Gigib, sahabat kecil lo, Put. Gue anaknya om Rafa sama tante Clara," jelas Gibran berusaha membuat Putri mengingatnya kembali.

Mendengar semua itu, Putri pun langsung menghamburkan pelukannya ke arah Gibran. Dengan air matanya yang mengalir begitu deras, dia bahagia bisa bertemu lagi dengan sahabat masa kecilnya.

"Udah gak usah nangis lagi, nanti makin parah lagi sakitnya," ucap Gibran sembari menghapus jejak air mata yang mengalir dari pelupuk mata Putri.

"Jadi, Kak Gibran sahabat kecilnya Putri?" tanya Ayu yang masih tidak menyangka dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Iya," balas Gibran tersenyum.

"Put, apa lo udah mendingan sekarang?" tanya Sarah yang masih khawatir.

Putri hanya mengangguk lemah, dia pun langsung menghirup kembali inhalernya dan mencoba merebahkan dirinya di dalam tenda.

"Kenapa nggak di api unggun aja ngangetin badannya, Put?" tanya Ayu yang masih mencemaskan keadaan Putri.

"Orang yang punya sakit asma itu nggak bisa kena asap, dan juga udara dingin. Dan sekarang, Putri kayak gini gara-gara gue juga. Gue gak bisa larang Putri kemping, walaupun gue udah tau dia terkena asma," ucap Gibran menatap sedih ke arah Putri.

"Kak, mending lo gabung sama yang lain aja. Nanti, semua anak malah pada curiga, kalau tau Kakak di dalam tenda kita sekarang," saran Sarah yang memang tidak mau terjadi kesalah pahaman di antara anggota sispala lainnya.

"Iya, gue nitip Putri sama kalian, yah? Kasih dia minuman hangat biar cepet mendingan," ucap Gibran sebelum akhirnya keluar dari tenda Putri.

"Kenapa lo gak pernah bilang sama kita Put? Gue jadi ngerasa kayak orang bodoh tau nggak? Yang nggak tau sakit lo apa. Lo anggep kita apa sih, Put? Sampai-sampai lo sembunyikan semua ini dari kita," ucap Ayu menumpahkan kekesalannya dengan air matanya yang mengalir.

"Udahlah Yu, pasti Putri punya alasan lain buat menyembunyikan semua ini dari kita," ucap Sarah berusaha bijak. "Gue mau keluar dulu, mau ambil air hangat buat Putri," lanjut Sarah sembari membawa botol minumannya dan langsung keluar dari tenda.

Uhukk uhukk

Melihat Putri yang terbatuk-batuk seperti itu semakin membuat Ayu panik. "Gue harus gimana, Put?" tanya Ayu yang memang tidak tau lagi harus berbuat apa sekarang.

"Diii-ngiiin," lirih Putri kedinginan.

Dengan sigap Ayu pun langsung memakaikan jaketnya ke Putri dan langsung memeluk Putri.

"Ma-kasih-Yu," ucap Putri terbata.

Sedangkan Ayu, dia hanya bisa menangis sambil memeluk erat tubuh Putri yang kedinginan. Dia sangat khawatir dan tidak mau terjadi sesuatu yang buruk dengan sahabatnya.

Di dapur tenda, Sarah juga menangis. Dia tidak pernah menyangka, jika Putri mempunyai penyakit yang sama dengan Kakaknya yang sudah meninggal. Karena penyebab Kakaknya meninggal adalah penyakit yang sama dengan Putri.

"Gue juga nggak mau kehilangan lo, Put," ucap Sarah yang langsung mengusap air matanya sebelum akhirnya berjalan menuju tenda, untuk memberikan air hangat untuk Putri.

***

Tbc. .

Jangan lupa vote dan comment yah. .❤

Salam♡ ufiadfianz

Stay With Me Please! [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang