Part 14. Ancaman Gibran

1.2K 119 421
                                    

Happy reading guys. .❤

Mendung, satu kata untuk mewakili langit kota Jakarta saat ini. Putri juga mengenakan jaketnya, saat akan berangkat ke sekolah. Jangan sampai sakitnya kambuh lagi, pikirnya.

"Sayang, udah ada Gibran tuh di depan," ucap Nadia ketika Putri sedang mengikat tali sepatunya.

"Iya Bun, ya udah kalau gitu Putri berangkat dulu ya," balas Putri sembari mencium tangan bundanya.

"Iya sayang, kamu nggak lupa bawa inhalernya kamu 'kan?" tanya Nadia khawatir.

Putri tersenyum. "Nggak akan Bunda," sahut Putri.

Setelah itu Putri pun langsung berjalan keluar rumahnya, dan menghampiri Gibran yang tengah menunggunya sembari menatap hangat ke arahnya.

"Pagi, Putri cantik," sapa Gibran tersenyum, sembari membukakan pintu mobilnya untuk Putri.

"Pagi juga, Gib," balas Putri tersenyum, dan langsung masuk ke dalam mobil Gibran.

Setelah itu Gibran pun langsung duduk dibalik kemudi, dan memasangkan sealtbelt-nya untuk Putri. Membuat Putri gugup dibuatnya.

"Gib, nanti kalau udah nyampe sekolah, aku turun di depan gerbang sekolah aja, ya? Soalnya—"

Belum sempat Putri menyelesaikan kata-katanya, Gibran langsung menaruh jari telunjuknya di depan mulut Putri. Membuat Putri langsung terdiam.

"Jangan pernah takut sama mereka. Nggak ada yang bisa ganggu kamu, selagi ada aku di sisi kamu. Lagian kita kan belum resmi jadian. Dan, kita ini masih sahabat kan, Put?" ucap Gibran, yang langsung membuat hati Putri lega.

"Iya, Gib," balas Putri tersenyum.

Padahal, Gibran sangat ingin Putri menjadi kekasihnya saat itu juga. Tapi, melihat Putri yang sepertinya memang belum siap untuk menjadi pacarnya, membuat Gibran mengurungkan niatnya. Gibran akan sabar menunggu.

Setelah itu mobil Gibran pun melaju, membelah jalan Ibu kota yang semakin padat. Beruntung Gibran tau betul, jalan-jalan yang masih lenggang di jam macet Ibu kota seperti sekarang.

***

Setengah jam kemudian, mereka berdua sampai di sekolah. Dan benar dugaan Putri sebelumnya. Semua anak tengah menatap iri ke arahnya, ketika Gibran membukakan pintu mobilnya untuk Putri.

"Sok cari perhatian banget sih!"

"Gue aja belum pernah naik mobil bareng Gibran."

"Hoki banget tuh anak, pagi-pagi udah dijemput sama pangeran sekolah kita."

"Apa mereka berdua pacaran?"

Semua anak kini tengah berbisik-bisik sembari menatap tajam ke arah Putri. Membuat Putri ketakutan, dan membuat Gibran jengah.

"Hai, semuanya!" sapa Gibran tersenyum ramah, menyembunyikan kekesalannya.

"Pagi, ganteng," sahut seseorang yang tak lain adalah Metta, yang semakin menatap sinis ke arah Putri.

"Gue mau kenalin, ini namanya Putri. Dia sahabat kecilnya gue. Jadi, gue minta jangan ada yang nyakitin dia. Sampai dia kenapa-napa, gue gak akan tinggal diam. Karena, Putri adalah orang yang sangat penting dihidup gue," ucap Gibran santai, tapi berhasil membuat mereka semua takut. Karena yang keluar dari mulut Gibran adalah sebuah ancaman.

"Tapi, dia bukan pacar lo kan, Gib?" tanya seorang anak bernama Shinta.

Gibran tersenyum mendengar pertanyaan Shinta. "Kalau kalian mau rebut hati gue, kalian harus bersikap baik sama Putri," balas Gibran yang langsung membuat penggemarnya tersenyum ramah menatap Putri.

Stay With Me Please! [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang