Happy reading guys. .❤
"Syukurlah kalau lo udah sadar. Tapi, lo siap-siap aja hukuman yang udah menanti lo di bawah sana," ucap Bara serius.
"Maksud lo?"
"Pak Erwin."
Mendengar nama itu mendadak tubuh Gibran melemas, dia tau hukuman sedang menantinya di bawah sana.
***
Setelah turun dari atas rooftop sekolah, Bara ikut mengantarkan Gibran ke ruangan pak Erwin.
Di sana pak Erwin sedang menunggunya seperti singa yang siap menerkam mangsanya. Tatapan Pak Erwin mampu membuat Gibran susah payah menelan salivanya.
'Kenapa gue bisa sebodoh ini? Sejak kapan gue jadi suka melanggar peraturan?' batin Gibran menyesal. Entahlah, kehilangan Putri membuat Gibran tidak bisa bersikap seperti dulu lagi.
"Per-misi, Pak," ucap Gibran takut.
"Masuk! Dan kamu Bara, ngapain kamu ikut ke sini? Kamu mau saya hukum juga!" tegas pak Erwin menatap tajam keduanya.
"Eng-gak pak, permisi," ucap Bara yang langsung berbalik secepat kilat, meninggalkan Gibran yang masih ketakutan sendirian.
"Duduk!" perintah Pak Erwin menatap tajam ke arah Gibran yang masih ketakutan. Gibran pun langsung duduk di kursi kosong yang ada di hadapan pak Erwin.
"Mau jadi apa kamu? Berani sekali keluar di jam pelajaran saya! Apa kamu sudah merasa sangat pintar?" tanya Pak Erwin sarkas. Dia memang sangat membenci murid yang melanggar aturan.
Gibran terdiam, dia sangat bingung harus menjawab apa.
"Jika orang tua kamu tau kelakuan anaknya seperti ini, apakah orang tua kamu tidak akan kecewa?" tanya pak Erwin yang semakin menyudutkan Gibran.
"Jangan Pak! Jangan kasih tau orang tua saya, hukum saya aja Pak. Terserah Bapak mau kasih hukuman apa," jawab Gibran pasrah.
Gibran tidak ingin kedua orang tuanya tau, jika sampai tau pasti mereka berdua akan sangat kecewa. Apalagi jika mamanya tau, mungkin dia lah yang paling kecewa melihat kelakuannya sekarang.
"Baiklah saya akan kasih hukuman untuk kamu, nanti sepulang sekolah kamu harus membersihkan toilet dan satu lagi, selama satu minggu kamu harus menghafal semua rumus yang ada di sini," ucap pak Erwin sambil menaruh buku rumus fisika yang cukup tebal tepat di hadapan Gibran.
'Mampus gue' batin Gibran gusar.
"Nggak ada hukuman lain, Pak?" tanya Gibran dengan wajah memelas.
"Baiklah saya akan menambah hukuman kamu, silahkan kamu lari keliling lapangan 20 putaran. Semakin kamu menolak, semakin saya menambah hukuman kamu!" jawab Pak Erwin tegas.
Gibran pun mengangguk pasrah, dia langsung beranjak dari tempat duduknya untuk melaksanakan hukumannya.
***
Di jam istirahat seperti sekarang ini, kantin lah yang menjadi tujuan utama semua murid di SMA Pelita. Tapi saat ini sepertinya lapangan sekolah mereka lebih menarik dibandingkan makanan yang ada di kantin.
Penyebab utamanya adalah Gibran. Seorang anak laki-laki yang sangat digilai semua kaum hawa di SMA Pelita yang sekarang sedang dihukum di lapangan sekolah oleh pak Erwin.
Walaupun Gibran tidak se-friendly dulu, tapi pesona Gibran masih tetap terpancar jelas dari wajahnya. Jika dulu penggemarnya bisa berbicara dan bercanda langsung dengan Gibran, tapi sekarang berbeda, mereka hanya bisa mengagumi ketampanan Gibran dari jauh. Mengingat sifat Gibran tidak sehangat dulu, mereka pun takut mendapatkan ucapan pedas dari Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me Please! [Selesai]
Teen Fiction[Completed] ⚠FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA⚠ Kisah ini bukanlah kisah biasa, kisah yang menceritakan dua insan yang dipertemukan dengan ikatan cinta dan persahabatan antara kedua orang tua mereka. Akankah ikatan itu akan terikat untuk...