Happy reading guys. .❤
***
Pukul setengah delapan malam bis rombongan Pecinta Alam SMA Pelita sampai di depan sekolah. Di sana juga sudah banyak orang tua yang akan menjemput anaknya.
Saat itu juga netra Putri pun menangkap sosok bundanya yang tengah menunggunya. Nadia yang cemas akan keadaan Putri pun langsung tersenyum ketika melihat putri kesayangannya itu baik-baik saja.
"Bunda!" teriak Putri sambil berlari ke arah Nadia.
Gibran yang sedari tadi mengekori Putri pun juga ikut menghampiri Nadia di belakang Putri.
"Gimana sayang kempingnya, seru?" tanya Nadia sembari sekilas menatap Gibran lalu tersenyum.
"Seru banget, Bun," sahut Putri senang. Walaupun sebenernya dirinya sempat tersesat, Putri tidak akan menceritakannya, karena takut membuat bundanya semakin khawatir.
"Oh iya, Bun. Ayo tebak Putri sama siapa sekarang?" lanjut Putri sambil tersenyum jahil menatap Gibran.
"Sama Gibran, kan?" jawab Nadia.
Mendengar itu senyuman di wajah Putri pun menghilang. Karena ternyata selama ini hanya dia saja lah yang tidak mengenali Gibran. Dan lucunya, Putri menjadi fans fanatiknya Gibran.
"Kok Bunda udah tau, sih?" gerutu Putri.
"Ya tau lah, kan mukanya mirip tante Clara sama om Rafa," jawab Nadia terkekeh geli menatap putri kesayangannya itu. Berbeda dengan Gibran, dia langsung tertawa setelah mendengar gerutuan Putri.
"Tante tau nggak? Anak Tante ini fans beratnya aku loh," sahut Gibran, yang masih menampakkan senyum jahilnya ke arah Putri.
"Oh, yah?" tanya Nadia yang langsung tertawa geli setelah itu.
"Apaan deh, kalau gue tau lo itu Gigib sahabat kecil gue, gue juga ogah kali!" celetuk Putri ketus. Padahal sebenarnya, Putri selalu salah tingkah ketika berada di dekat Gibran. Namun, dia kini harus menyembunyikannya agar Gibran tidak terlalu percaya diri lagi.
"Ogah apa mau?" ledek Gibran lagi. Putri pun kini tidak bisa lagi menyembunyikan rona wajahnya yang memerah.
Saat Gibran tengah asyik membuat Putri salah tingkah, saat itu juga sebuah mobil yang tidak asing lagi di netra Gibran, berhenti tepat di sampingnya.
Seorang wanita paruh baya yang seumuran dengan bundanya Putri pun kini turun dari dalam mobilnya. Wanita itu pun tersenyum senang, setelah melihat siapa orang yang sedang bersama putranya sekarang.
"Nadia," ucap wanita itu tersenyum senang, dan berjalan menghampiri mereka bertiga dengan wajah bahagianya.
"Clara ...," balas Nadia tak kalah senang. Setelah enam tahun berpisah, kedua sahabat itu memang baru bertemu karena kesibukan masing-masing.
Setelah itu kedua orang tua itu pun langsung berpelukan, untuk melepas kerinduan mereka. Sedangkan Putri dan Gibran juga ikut tersenyum senang menatap kedua orang tuanya yang tengah melepas rindu.
"Gue juga boleh meluk lo, nggak?" tanya Gibran sembari melirik gadis di sampingnya.
Mendengar itu, Putri pun tidak bisa lagi menyembunyikan degupan jantungnya. "Kan udah kemaren," sahut Putri gugup.
"Gue pengen lagi," lanjut Gibran yang memang sangat senang melihat wajah Putri yang salah tingkah.
"Mending lo peluk bantal aja, kalau udah nyampe rumah," jawab Putri yang sudah bisa mengontrol detak jantungnya.
Meninggalkan Putri dan Gibran yang tengah beradu mulut, Clara dan Nadia baru menyadari jika mereka kini sudah mempunyai anak, karena terlalu asyik mengenang masa lalu mereka.
"Kita kok jadi lupa yah, kalau kita sekarang udah punya anak," ucap Clara tersenyum menatap Putri dan Gibran.
"Jadi, ini Putri kesayangannya tante," lanjut Clara yang langsung memeluk Putri, yang memang sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri.
"Iya, Tante," jawab Putri tersenyum senang, dan langsung membalas pelukan Clara.
"Nggak nyangka yah, Ra? Waktu berasa cepet banget. Kayaknya baru kemaren kita sekolah bareng. Dan sekarang, kita udah jadi Ibu-ibu aja," sahut Nadia tersenyum mengenang masa-masa sekolahnya dulu bersama Clara.
"Iya Nad, aku juga nggak nyangka kita udah punya anak sebesar ini," jawab Clara yang kini menatap Putri dan juga Gibran sembari tersenyum. "Oh iya, gimana kabar suami kamu, si Bima?" lanjut Clara.
"Dia masih sama, masih suka musik. Walaupun dia punya bisnis apartemen, tapi dia tetap aja mau jadi produser musik juga," balas Nadia sembari menggelengkan kepalanya pelan.
Mendengar itu Clara pun tersenyum. "Bagus deh kalau gitu, ngembangin bakat sama bisnis kan keren, Nad."
"Iya sih, tapi kalau istri sama anak dicuekin kan males banget, Ra," balas Nadia mencurahkan isi hatinya.
"Ya udah, kirain ngambeknya udah hilang," kekeh Clara. Ia tau sahabatnya itu selalu kesal jika Bima terlalu sibuk dengan hobinya sampai terkadang melupakan Nadia dan juga Putri jika sudah fokus dengan musik.
"Oh iya, gimana kabar Rafa? Masih menjalankan bisnisnya di Singapore?" tanya Nadia.
"Iya, semenjak papa pergi, Rafa yang gantiin posisi papa, Nad," balas Clara tersenyum sedih.
"Maaf yah, Ra. Aku jadi ingetin kamu sama Papa kamu lagi," ujar Nadia yang langsung merasa bersalah.
"Nggak papa, Nad. santai aja. Oh iya, ngomong-ngomong anak kita mana?" tanya Clara yang baru menyadari jika Putri dan Gibran tidak lagi di samping mereka.
"Tuh kan, kalau udah ketemu sama kamu, aku jadi lupa juga kalau kita udah punya anak, Ra," sahut Nadia sembari terkekeh geli.
Saat itu juga Gibran dan Putri berjalan menghampiri orang tuanya.
"Itu mereka, Oh iya gimana kalau besok kita makan malam bareng, Nad?" tanya Clara, yang masih ingin melepas rindu dengan sahabat karibnya.
Mendengar itu, Nadia pun tersenyum. "Mau banget, Ra. Ide yang bagus itu."
"Ya udah, sampai ketemu besok lagi yah, Put," ucap Gibran tersenyum ke arah Putri.
"Besok kan kita libur, Gib."
"Kan gue bisa ke rumah lo," balas Gibran gemas.
"Oh iya, yah," jawab Putri tersenyum malu. "Ya udah, see you," lanjut Putri sembari melambaikan tangannya ke arah Gibran.
Setelah Putri dan juga bundanya sudah berlalu pergi menggunakan mobilnya, Gibran masih tersenyum-senyum sendirian di dalam mobil.
"Kamu kenapa, Gib?" tanya Clara terkekeh melihat putranya yang kini terlihat sangat bahagia.
"Aku seneng banget, Ma. Akhirnya aku bisa ketemu lagi sama Putri," jawab Gibran yang masih menyunggingkan senyumannya.
"Bukannya kamu satu sekolah juga selama ini?" tanya Clara lagi, yang masih heran dengan sikap putranya.
Mendengar itu Gibran pun tertawa. "Itu yang buat Gibran heran juga, Ma. Ternyata Putri yang selalu malu-malu kalau dekat sama Gibran itu adalah Putri sahabat kecilnya aku," jawab Gibran sembari membayangkan wajah Putri yang menggemaskan ketika tengah bersamanya.
"Mama seneng kalau kamu deket sama Putri, Gib," sahut Clara tersenyum bahagia. Tanpa Gibran katakan secara langsung pun Clara sangat tau, jika putranya kini tengah jatuh cinta dengan sahabat kecilnya.
"Makasih, Ma," ucap Gibran yang sudah tidak sabar lagi menantikan hari esok. Dia ingin bertemu lagi dengan Putri, dan menghabiskan waktunya kembali bersama sahabat kecilnya itu.
***
Tbc. .
Jangan lupa vote dan comment yah. .❤
Makasih udah mampir😘
Salam♡ ufiadfianz
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me Please! [Selesai]
Teen Fiction[Completed] ⚠FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA⚠ Kisah ini bukanlah kisah biasa, kisah yang menceritakan dua insan yang dipertemukan dengan ikatan cinta dan persahabatan antara kedua orang tua mereka. Akankah ikatan itu akan terikat untuk...