Asyifa dan babak baru kehidupannya

733 80 2
                                    

"Kalau memang dengan begini kamu akan bahagia, saya rela melepas kamu Asyifa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau memang dengan begini kamu akan bahagia, saya rela melepas kamu Asyifa.."

Asyifa mengeratkan kepalan kedua tangannya tatkala suara Naufal tatkala mengakhiri hubungan pernikahan mereka malam itu kembali terngiang dalam pikirannya.

Sudah setahun lebih ia menjalani hidup yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya selama sepuluh tahun kebelakang. Mendaftarkan diri pada lowongan kerja sebagai pengajar Bahasa Inggris di sebuah sekolah dasar negeri di Jogja, ia kemudian menjalaninya dengan berbekal pengalaman mengajar siswa sekolah dasar di kampungnya beberapa tahun setelah menikah dengan Naufal.

Kehidupannya seolah kembali pada titik awal sebelum semuanya dimulai.

Sebelum kisah cinta dan tragedi dalam hidupnya terjadi. Namun Asyifa hanyalah seorang perempuan yang sejujurnya memiliki jiwa yang rapuh.

Sebesar apapun keinginannya memulai semuanya dari awal, keinginannya selalu terhambat oleh beberapa perasaan asing yang menyusup dalam sanubari.

"Sudah sampai mbak.."

Sipa tersadar dari lamunan singkatnya, kemudian buru-buru turun dari boncengan bapak seorang driver ojek online.

"Bayarnya sudah lewat aplikasi ya pak.."

"Iya mbak, tolong bintangnya ya.."

Sipa mengangguk sambil mengucap terimakasih, kemudian berbalik sambil menunduk menatap layar ponselnya, memberi bintang pada bapak driver.

Tanpa menyadari ada sosok yang berlari kearahnya, kemudian dengan cepat menubrukkan diri memeluk erat pinggangnya.

"Mama.." Pekiknya.

Sipa terkejut, hampir menjatuhkan ponsel. Lantas tersadar dan saat menatap kedepan barulah dia sadar bahwa disana dilobby apartemennya berdiri seorang Naufal, mantan suaminya.

Dan yang sibuk mendekapnya dengan erat sambil menangis sesegukan adalah Fajar, Elnanda Aderald Al-Fajar, putra semata wayangnya dengan Naufal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan yang sibuk mendekapnya dengan erat sambil menangis sesegukan adalah Fajar, Elnanda Aderald Al-Fajar, putra semata wayangnya dengan Naufal.

Kunjungan yang sangat tiba-tiba ini membuat Asyifa hanya mampu membeku seorang diri diruang tamu apartemen miliknya yang dibeli oleh Naufal sebagai satu-satunya aset yang dia berikan pasca perceraian (karena Asyifa menolak apapun itu, masalah pembagian gono-gini). Asyifa menerima tempat tinggal yang kini sudah sah beratas namakan dirinya ini setelah bujukan Naufal yang kesekian kalinya.

Asyifa hanya sibuk terdiam sambil mengusap surai sang putra yang merangkul lehernya dengan erat dipangkuan.

"Sudah malam Fajar, ayo pulang nak.." Bujuk sang ayah, tapi bocah 6 tahun itu bergeming. Masih memeluk ibunya dengan erat.

Baik Naufal ataupun Sipa tahu kalau Fajar tidak sedang tertidur, bahkan Fajar tidak ingin tertidur meski buaian sang mama mampu membuatnya terkantuk-kantuk. Karena ia tahu, kalau dia tertidur maka Naufal dengan mudah akan membawanya pulang ke Semarang. Jauh dari mama, Fajar tidak mau.

Fajar cuma mau sama mama.

Bocah itu sudah seminggu ini demam, dibawa ke rumah sakit dan diperiksa secara menyeluruh pun tidak ada masalah pada tubuhnya. Akan tetapi demamnya selalu kambuh dimalam hari menjelang pagi, Naufal sampai kebingungan. Belum lagi dalam tidur tidak nyamannya anak lelakinya itu terus menggumam kata 'mama'. Hingga akhirnya, hari ini ia memutuskan membawa Fajar kehadapan Asyifa. Untuk membayar kerinduan.

Tapi yang di inginkan anak itu bukan sekedar bertemu Asyifa dan menebus rindu, akan tetapi tetap dalam rengkuhannya setiap waktu.

Tidak untuk kembali ke Semarang dan menemukan mimpi buruk setiap harinya.

{✔️Complete} NEURON IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang