NEURON III - 3

904 45 4
                                    

One day in a lifetime – In the name of justice

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

One day in a lifetime – In the name of justice
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Karena merasa buntu dan tidak tahu apa apa, Abyan mencoba bertanya pada Aurora. Ia juga bertanya pada Eljuno. Setahunya, selama ia diluar negeri Fajar paling dekat dengan dua orang itu.

Saat Juno mendapat panggilan dari Abyan yang memberondonginya pertanyaan perihal apa yang terjadi dengan Fajar selama ia berada diluar negeri itu, ia akhirnya memberitahunya kalau Fajar sakit di apartemennya. Sementara ia juga memberi tahu Dimas, kalau Fajar ada diapartemennya. Juga memberi tahunya kalau Fajar sudah ia panggilkan dokter dan meminta pamannya itu untuk mengerti dan memberi waktu bagi Fajar disini. Ia jujur memberitahu kalau mungkin Fajar sedang tidak nyaman berada dirumah. Menurutnya, menutupi keadaan itu tidak benar. Tapi memberi pengertian lah yang harus dia lakukan.

Jadi malam ini ada Juno dan Aurora di apartemennya, mereka datang terpisah. Aurora datang lebih cepat, gadis itu sedang menemani Fajar makan malam didalam kamar. Beruntung tadi sore saat bangun tidur setelah menangis, Fajar meminta dibelikan susu rasa pisang. Lalu setelah habis dua kotak ia terlihat segar. Malamnya ia sendiri yang minta dibelikan cream soup merk salah satu restoran cepat saji. Katanya dia mending makan itu daripada bubur putih. Sedangkan Regan masih melarangnya makan bubur gandum karena beresiko menaikkan asam lambung bagi dia yang habis muntah muntah.

Sore itu saat mengganti infus, setelah melihat tubuh Fajar bereaksi baik dengan obat yang dia berikan, Regan mendiagnosa kalau Fajar hanya stress dan kelelahan. Stress bagi sebagian orang dapat mengakibatkan fungsi pencernaan terganggu, itulah yang sedang di alami Fajar. Demamnya disebabkan infeksi pada organ pencernaannya dan karena anak itu sudah mulai mau makan, ia hanya meresepkan obat untuk ditebus. Sedangkan dari keterangan Fajar sendiri, dia memang memiliki riwayat anemia jadi wajar kalau sedang drop bisa sampai mimisan. Kemudian dokter muda itu pulang untuk beristirahat, dia juga lelah seharian kerja. Ia berpesan agar Abyan menghubunginya kalau sewaktu waktu kondisi Fajar tiba tiba menjadi gawat.

Diruang tengahnya sekarang Abyan sudah duduk berdampingan dengan Juno yang baru kembali dari dalam kamar Fajar.

"Jun, Fajar kenapa deh? Dia ada cerita gak?"

Juno terdiam memperhatikan televisi, ia sendiri juga tidak begitu paham sih. Fajar bukan anak yang dengan mudah berkeluh kesah, dia diam tapi pemikir. Makanya kalau terjadi sesuatu yang membuatnya stress dia mudah sakit. Penyakit badan itu lebih sering berasal dari pikiran.

Ini bukan kali pertama Fajar stress sampai berakhir sakit. Tapi ini pertama kalinya dia sakit tapi tidak mau pulang kerumah.

Mungkin dia sudah terlalu lelah selalu jadi bahan dipojokkan oleh ibunya sendiri.

"Menurut kamu masalahnya ada di Om Dimas?"

Abyan mengalihkan tatapannya pada sulung bapak Rafathan yang duduk disampingnya, sebenarnya ia tidak yakin. Adimas bukan tipe orang yang bersikap kasar pada anak sendiri, menurutnya secara pribadi. Lagipula kalau iya, mana mungkin sore tadi kelimpungan mencari sang anak, untung om nya bertanya pada orang yang tepat. Aurora.

{✔️Complete} NEURON IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang