You are not the victim of the world, but rather the master of your own destiny. It is your choices and decisions that determine your destiny.
-Roy T. Bennett
...
"Mama.. ayo main ke om Dimas!"
"Mama.. om Dimas kapan pulangnya ma?"
"Mama.. ayo pulang! Fajar mau kerumah Om Dimas.."
Entah sudah keberapa kalinya sampai siang ini Asyifa memijit pangkal hidungnya. Penat, dia sangat penat dan kewalahan menjawab semua pertanyaan Fajar. Ia sampai sulit berkonsentrasi mengajar, pikirannya penuh dengan permintaan anaknya sejak pagi. Sejak membuka mata dan menggiringnya untuk mandi dan bersiap ikut bersamanya ditempat kerja anak itu tidak pernah lupa bertanya, kapan waktu dia bisa mengunjungi rumah Dimas.
Karena belum menemukan lokasi sekolah yang tepat dan juga ia masih banyak bimbang tentang bagaimana ia akan membagi waktu antara menemani Fajar disekolah dan mengajar ditempat yang berbeda, ia membawa anaknya itu ke tempat kerja. Kadang dia bermain diluar kelas dengan beberapa mainan kecil yang dibawanya dari rumah kadang bermain dengan anak ibu kantin yang masih empat tahun kadang juga bermain dengan petugas di UKS yang merupakan seorang perawat muda. Fajar itu anak yang mudah bergaul sebenarnya, tidak sulit meminta ijin padanya untuk ditinggal pergi disekolah, hanya saja Asyifa yang khawatir. Bertemu dengan teman-teman dan lingkungan baru pasti ada sedikit adaptasi, sehingga Syifa banyak berpikir tentang dimana dan bagaimana cara yang tepat.
Siang ini usai mengajar ia melangkah ke UKS, tadi sebelum mengajar ia meninggalkan Fajar disana karena anak ibu kantin tidak ikut hari ini.
Aharani Senja, gadis 24 tahun yang berhenti dini dari pekerjaan di rumah sakit karena alasan pribadi. Kalau sejauh yang Asyifa ketahui sih katanya dia jenuh dengan suasana dirumah sakit dan ada sedikit penyesalan karena dulu mengambil sekolah medis. Kadang seseorang menjalani pendidikan bukan karena ingin tapi karena tidak punya pilihan lain bukan? Barangkali itu yang dialaminya.
"Ran.."
Asyifa langsung menyapanya begitu ia terlihat sedang menata obat-obatan di lemari penyimpanan.
"Eh mbak.. Fajar ketiduran capek habis main.."
Asyifa hanya mengangguk saja, lantas menghampiri salah satu ranjang terdekat dari pintu, disana Fajar nampak lelap.
"Udah dimakan bekal nya Ran?"
"Iya mbak sudah habis, pinter ya dia makannya bersih lagi.."
Asyifa tersenyum, anaknya terbiasa dengan didikan keluarga suaminya yang agak keras. Saat pertama kali bermalam bersamanya, ia bahkan terkejut melihat kamar yang ditinggal pergi Fajar setelah bangun tidur sudah dalam kondisi rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔️Complete} NEURON II
RomanceAdimas masih lelaki yang sama, ia tetap seorang lelaki sederhana yang mudah memberikan ketulusan bagi orang orang disekitarnya.. Nyatanya, sepuluh tahun adalah waktu yang lama untuk dijalani, namun bagi Adimas itu hanya seperti kerjapan mata, dia ma...