14. A Warm Night

595 75 8
                                    

Darkness cannot drive out darkness: only light can do that. Hate cannot drive out hate: only love can do that.

-Martin Luther King Jr_

...

Adimas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adimas

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Maaf mbak.. aku nggak tahu kalau Fajar udah dijemput.."

Asyifa yang duduk di jok samping Adimas itu menoleh sekilas memandang Adimas yang fokus menyetir. Mereka baru saja kembali setelah menuruti keinginan Fajar yang merengek ingin ke timezone.

"Nggak kok, aku harusnya ngabari kamu. Maaf ya kelupaan.."

Ya. Asyifa bersyukur mereka bisa berbicara layaknya orang normal lagi, maksudnya lebih kepada dirinya sendiri. Karena semenjak awal memang hanya dia yang terlalu canggung dan kaku.

"Nggak papa.."

"Maaf juga, kamu jadi suka kerepotan akhir-akhir ini, karena Fajar jadi makin rewel.."

Ya itu juga. Entah kenapa bocah yang saat awal awal terlihat seperti lebih dewasa dari usianya itu akhir-akhir ini berubah menjadi lebih seperti bocah normal seusianya yang lain. Yang manja, merengek, nakal, jahil dan lebih banyak mengungkapkan perasaannya ketimbang memendamnya sendiri.

Asyifa senang, meski ia tahu bocah itu merajuk dan terlihat seperti itu setiap dihadapan Dimas. Setiap kali berhubungan dengan Dimas, ia seperti sangat terbuka didepan lelaki itu lebih daripada kepada ibunya sendiri.

"Nggak papa, aku senang.."

Disaat itu ponsel Adimas yang ada disaku lelaki itu berbunyi.

Nenek Lampir is calling...

Adimas berdecak tapi kemudian juga menerima panggilan itu kemudian memasang earphone bluetooth yang selalu ada di dashboard mobilnya ke telinga.

"Halo?"

"Oomm jemput dong!"

"Gak mau.."

"Mau dooong.. anterin kerumah tante Adara, aku dikost sendiri nih.."

"Ogah juga dibilangin.."

"Ooomm ayo dong motor aku dipinjem temen.."

"Salah sendiri!"

"Yaudah aku ke apartemen om pake taksi tapi om yang bayar!"

"Ribet! Otw!"

Dimas melepas earphone nya lalu menoleh pada Asyifa yang sibuk memandangi jalanan sambil sebelah tangannya mengelus surai Fajar yang lelap dipangkuannya.

{✔️Complete} NEURON IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang