If I say that things are hard with a crying face
Will it really get better?
If I cry and say it hurts, who will have a harder time?
Everyone will be fine-Jonghyun ft Taeyeon — Lonely
...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Kalau dihitung mungkin sudah lebih dari belasan kali Dimas dilirik atau malah terang terangan disapa oleh gadis-gadis muda yang berkeliaran disekitarnya. Ia memang berada di halte dekat rumah sakit, yang mana tak jauh dari sana juga terdapat akademi keperawatan dan dari sana lah makhluk makhluk perempuan ini berasal. Awalnya dia mengira ada yang salah dari penampilannya, tapi setelah salah satu dari mereka ada yang terang terangan memberinya kemasan air minum rasa buah yang masih baru sambil malu malu bertanya apakah mereka mungkin bisa bertukar media sosial, lantas ia sadar gadis gadis muda itu rupanya memperhatikannya karena well dia tampan dan menarik, mungkin.
Tidak tahu saja mereka kalau yang berpenampilan seperti pemuda awal dua puluhan ini sudah beranjak kepala tiga tahun depan.
Hari ini ia memang tidak memakai setelan kemeja kantor alias berpakaian formal, hanya sebatas celana jeans dan atasan kaos hitam dilapisi dengan outer yang juga berwarna senada. Rambut legamnya juga ia biarkan jatuh kedepan tanpa gel rambut yang biasa dia pakai untuk menata rambutnya dengan poni koma.
Dan ngomong ngomong ia sudah berkali-kali merutuki nama Ferdian karena setengah jam telah berlalu dan tak juga nampak batang hidungnya. Ia sudah lelah berdiri sampai berakhir duduk lalu kembali berdiri sambil menyandar pada penyangga halte saking bosannya. Selain itu ia juga risih karena gadis-gadis belia itu tak berhenti menatapnya dengan tatapan seperti kucing betina kelaparan, seolah ia adalah ikan tuna yang sangat lezat. Bahkan kalau ia tidak salah, ada beberapa yang bolak balik berlalu lalang disekitarnya, entah memang karena perlu lewat atau sengaja lewat berulang-ulang.
Mungkin seharusnya ia bawa masker saja.
Kalau ini Stefan ia yakin lelaki keturunan Indo-Amerika itu pasti malah tebar pesona dengan tidak tahu malu. Oke yang malu Dimas kalau kebetulan mereka bersama.
Tin. Tin.
Oh shit ia hampir menjatuhkan ponsel saking kaget dengan suara klakson mobil itu. Kemudian ia mendengus sebal kala melihat wajah tengil Ferdian Galen Pradipta yang menatapnya dengan cengiran.
"Gak kurang lama pak? Kayaknya anda jemput orang yang salah!"
Ferdian hanya terkekeh-kekeh kala Adimas yang mengajukan protes sudah duduk disamping kemudi dengan tangan sibuk memasang seatbelt.
"Mohon maaf ya bapak Adimas yang terhormat, kalau minta jemputan lain kali reservasi dulu, jam terbang saya padat pak!"
Dimas mendecih dalam hati mencibir, dasar sok sibuk!
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔️Complete} NEURON II
RomanceAdimas masih lelaki yang sama, ia tetap seorang lelaki sederhana yang mudah memberikan ketulusan bagi orang orang disekitarnya.. Nyatanya, sepuluh tahun adalah waktu yang lama untuk dijalani, namun bagi Adimas itu hanya seperti kerjapan mata, dia ma...