NEURON III - LAST

1.2K 62 45
                                    

One day in a lifetime — One finest day ever

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

One day in a lifetime — One finest day ever

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


“Aurora kamu lihat kunang kunang gak?”

Gadis yang sibuk mengecat kuku disofa tunggal yang dia seret kedekat ranjang ruang rawat Fajar itu mengangkat pandangan dengan tatapan heran pada Fajar.

“Hah? Mana ada siang siang juga. Didalam ruangan lagi..”

“Masa? Berarti mata aku berkunang-kunang..”

“Hehh!”

Gadis itu terperanjat. Ia tinggalkan cat kukunya, tidak peduli kalau polesan terakhirnya jelek. Ia berdiri dan duduk diranjang berhadapan dengan Fajar.

“Kenapa? Ada yang sakit?”

“Enggak sih pusing doang ini..”

Aurora menempelkan tangannya ke kening Fajar, menyusup sedikit sebab sebagian keningnya tertutup topi rajut. Hangat teraba jemarinya.

“Ya kamu sih!”

“Lho kok aku?”

“Ya kan udah dibilang lagi hujan kenapa minta pintu balkon dibuka buka coba?”

Gadis itu mengomel, lantas berjalan ke arah pintu balkon dan menutupnya. Dia saja bergidik ngeri saat menutup pintu, cuaca sedang tidak bersahabat. Hujan terus setiap sore tapi nanti siangnya panas terik.

Ngomong ngomong Fajar dipindahkan ke Jogja setelah dua belas hari di Semarang, hari ini hari keempatnya berada di Jogja. Dia bosan makanya minta dibukakan pintu balkon biar bisa melihat pemandangan diluar, ia belum boleh melakukan apa apa. Sekedar jalan jalan diatas kursi roda pun belum diberi izin, katanya dia masih rentan terkena berbagai ancaman infeksi.

“Ra pinggang aku gaenak. Capek pengen jalan jalan..”

“Emang bisa jalan?”

“Ihh jahat amat sih neng! Oh ya.. masa kata papa aku dua bulanan sekolah di Semarang sih? Terus aku ditabraknya kan didepan sekolahan kata papa. Emangnya ngapain coba aku pengen sekolah disana segala?”

Aurora mendesah. Ia sudah diberi tahu Adimas kalau Fajar ingatannya terhenti pada lima bulanan yang lalu akibat dari trauma pasca kecelakaan.

“Udahlah jangan dibahas. Gak penting!” Ketusnya.

Mengingat itu ia sendiri kesal, habisnya gara gara itu dia ditinggal tanpa pamit.

“Ciyee Rora nya Pajar marah..”

Sialan! Kalau sudah dibegitukan Aurora selalu tersipu.

“Btw ini gelangnya kenapa aku yang pake?”

Aurora melirik gelang miliknya yang ada di Fajar.

“Kamu koma lama banget, aku takut kamu gak bakal bangun tapi aku harus pergi karena kamu di Semarang, kita jauh, itu jimat kita.. kamu pake dulu sampe kamu sembuh..”

{✔️Complete} NEURON IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang