Liars make the best promises
-Pierce Brown
...
Bagaimana pun orang memandangnya, sejatinya Elnanda Aderald Al-Fajar hanya seorang bocah enam tahun. Impiannya sederhana, sejak ia mulai bisa berbicara ia hanya ingin ada dekat mama dan juga ayahnya. Tidak menginginkan hal aneh lainnya, cukup dengan selalu ada mama dan ayah disampingnya, tetapi rupanya impian sederhananya itu tidak pernah terwujud. Usia tiga tahun ketika ayah dan mama tinggal terpisah, kadang ia bersama mama dirumah nenek, kadang dia bersama ayah dirumah Oma tapi keadaan berubah saat ia menginjak usia empat, mama bilang mama harus pergi, mama bilang mama sudah cerai dengan ayah. Apa pula itu cerai? Fajar tidak tahu, tapi mama pergi dan ayah sibuk bekerja. Ayah hanya pulang sore hari, sedangkan Fajar harus dirumah oma, tidak boleh kerumah nenek kata oma. Kata Oma, Fajar harus jadi anak yang baik dan menurut, Oma menyuruh Fajar belajar cuci piring sendiri, Fajar dimarahi kalau tidak sengaja mengompol, kalau Fajar merusak benda kesayangan Oma dia akan dimarahi lalu kata kata seperti ini akan didengarnya, "Kamu ini jangan jadi kayak ibumu! Pembangkang! Durhaka sama orangtua! Disuruh jadi istri yang baik aja susah amat!"
Fajar saat itu tidak mengerti, sekarang pun juga tidak. Tapi yang Fajar tahu Oma jadi sering marah-marah, mengatai mama, mengatakan ayahnya bodoh karena menikahi mama, tapi ketika Fajar mengadu pada ayah tentang perkataan dan perlakuan kasar oma, wanita yang Fajar ketahui ibu dari ayahnya itu menangis, berbalik mengadu pada anaknya, katanya Fajar bohong. Tapi ayah jadi bertengkar dengan oma lalu oma berubah, semakin jahat pada Fajar, tidak pernah menganggapnya ada dirumah itu tapi nanti kalau matahari mulai akan tenggelam dia baik didepan ayah.
Itulah alasan kenapa Fajar tidak ingin tinggal lagi dengan oma dan ayah. Ayah sibuk dan oma jahat, itulah alasan kenapa Fajar hanya ingin bersama mama. Mama yang baik dan menyayanginya, tidak seperti oma. Mama yang sibuk bekerja tapi Fajar diajak tuh, nggak ditinggal dirumah seperti ayah. Diajak kesekolah dengan kakak kakak berseragam merah putih yang suka main main, bermain dengan kak Rani yang suka memberinya biscuit regal, atau main sama adek kecilnya tante di tempat jajan yang suka memberinya bakso yang ditusuk dikasi sedikit kecap.
Fajar bahagia hidup dengan mama, tapi Fajar juga kangen sama ayah. Kangen sama ayah yang suka ajak main bola pas libur, kangen sama ayah yang suka gendong Fajar sampe tidur, kangen sama ayah yang suka main tumpuk balok terus kalo ayah kalah Fajar akan minta gendong dipunggung sampe di ujung jalan perkampungan buat beli ice cream. Ayah berjanji akan datang untuk acara hari ayah di sekolah Fajar, Fajar menunggu sampai acara dimulai tapi tidak datang. Mama menemani akhirnya, sebagai ganti ayah kata Bu Guru tapi Fajar kangen ayah, Fajar ingin ayah.
"Fajar, ikut lomba mewarnai yuk, Fajar suka mewarnai kan? Mewarnai sama mama.." Itu bujukan guru Fajar.
Tapi si bocah hanya menunduk lesu sambil menggeleng, ia anteng di pangkuan mama menatap gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat sejak sekolah dimulai. Lama ia melamun menatap gerbang itu sambil akhirnya terisak pelan, memutar badan menghadap mama ia memeluk leher mama dan menangis sejadi-jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔️Complete} NEURON II
RomanceAdimas masih lelaki yang sama, ia tetap seorang lelaki sederhana yang mudah memberikan ketulusan bagi orang orang disekitarnya.. Nyatanya, sepuluh tahun adalah waktu yang lama untuk dijalani, namun bagi Adimas itu hanya seperti kerjapan mata, dia ma...