NEURON III - 11

605 50 21
                                    

One day in a lifetime – Hopeless

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

One day in a lifetime – Hopeless

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Malam itu serasa begitu indah, ketika mama membuka pintu kamar Kenzie saat anak itu sedang mengerjakan PRnya. Asyifa melangkah ringan dan mengusap puncak kepala anak bungsunya.

“PRnya apa nak?” Tanyanya lembut.

“Math ma, gak susah kok..” Balasnya.

Asyifa mengangguk, percaya dengan otak encer si bungsu turunan Dimas.

“Mama kemasin barangnya ya buat besok?”

Kenzie menghentikan kegiatan menulisnya, ia mengangkat kepala memandang wajah Asyifa yang berseri-seri.

Sangat cantik.

“Besok ma?”

“Iya, mama udah mutusin, besok aja biar bisa sekalian nginep dirumah nenek. Gimana mau kan?”

Besok masih sabtu, seharusnya masih sehari lagi sekolah lalu hari minggunya menjemput sang kakak di Semarang.

“Mau..” Jawabnya riang.

Asyifa tersenyum puas, mengusap sekali lagi rambut lembut anaknya kemudian menciumnya sejenak sebelum beranjak kearah lemari besar disudut ruang, lemari yang berwarna cokelat. Dari sana Asyifa mengeluarkan koper yang diletakkan paling bawah. Koper sedang yang biasa dibawa Kenzie kalau mereka menginap dirumah orangtua mereka –entah di Solo atau Semarang. Koper bergambar karakter superhero itu Asyifa letakkan diatas ranjang, ia membukanya lebar. Lalu mulai memilah dan memilih baju sambil bersenandung.

Kenzie menyelesaikan soal terakhirnya lalu buru buru menghampiri mamanya, ia duduk diranjang dan hanya melihat Asyifa meletakkan barang-barang yang sekira akan berguna untuk putra bungsunya. Sesekali wanita itu berhenti bersenandung dan memandang Kenzie dengan senyum tulus yang membuat kedua matanya melengkung indah.

Mama cantik sekali, Kenzie menyesal karena pernah membiarkan senyumnya selalu berubah dengan gurat kesal, lelah atau jengah.

“Mama seneng banget?” Tanyanya.

“He ehm mama seneng, adek seneng gak?”

Kalau mama, papa sama kakak senang, Kenzie senang. Ungkapnya pada dirinya sendiri. Ungkapan yang kemudian ia sesali sebab dulu ia menutupnya dengan perasaan iri.

“Senang..” Jawabnya.

“Besok Kenzie ada yang mau dibawa? Mainan?”
Anak itu berpikir sejenak.

“PR aja ma..”

Asyifa melotot.

“Ihh liburan kok bawa buku!”

{✔️Complete} NEURON IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang