24. Just a warmness heart

626 76 4
                                    

Now you’re not alone
Don’t feel lonely anymore
Morning will come again
So you can peacefully smile
At the end of this sadness
Just turn off the lights today

Like the clouds covering the sky
If you get covered too
Then you, you
I’ll shine on you

-EXO — Lights Out

...

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Adara pernah berkata, melihat Radhitya yang tidur bersama Abyan membuat relung hatinya menghangat, seolah seperti melihat pemandangan paling indah yang pernah ada didunia.

Saat itu Radhitya berpikir rasanya sama seperti melihat Adara yang tidur disebelah Abyan juga –saat ia pulang terlambat sebab lembur kerja. Tapi kemudian ia menemukan hal yang membuatnya berpikir ahh ini yang dirasakan oleh Adara.

Pagi itu saat ia hendak membangunkan Dimas didalam kamarnya, ada pemandangan yang membuatnya mengurungkan niat untuk mengganggu jam tidur sang adik sepupu. Walau matahari sudah beranjak meninggi, ia merasa lebih baik membiarkan mereka tetap dalam posisi itu lebih lama. Rasanya sudah lama tidak melihat Adimas tidur sedamai itu, nyaman mendekap seseorang yang lebih kecil yang juga mendusal dalam dekap lelaki itu.

Tanpa sadar ayah satu anak itu tersenyum, seperti melihat anak-anaknya sedang tertidur akur. Padahal yang dilihat hanya Dimas dengan Fajar dalam pelukan, saling memeluk satu sama lain.

Semalam, Fajar menyelinap masuk ke kamar Dimas sejak sebelum Radhitya tiba, lalu kata ibunya –Asyifa, anak itu ketiduran. Saat ia hendak membangunkan dan membawanya pulang Dimas yang melarang, lagipula Fajar tidak akan rewel bersamanya. Biasanya kan begitu. Presensi Dimas bagi Fajar sama seperti presensi Asyifa sendiri.

Radhitya menyingkir dari pintu, ia percaya Adimas akan bangun sebentar lagi. Lagi pula pukul empat tadi ia sudah bangun, hanya saja lelap lagi setelah subuh, sudah kebiasaan.

Lelaki itu membawa langkahnya menuju meja pantry dan menyeduh teh hijau yang ia temukan di dalam kabinet atas. Menikmati teh pagi sambil membaca kurva saham dalam pc tabletnya. Tak lama sampai pintu apartemen terbuka dari luar, Radhi tidak perlu susah susah menduga, paling juga Adara.

"Ayah!"

Tuh kan, suara anak kesayangan mendayu-dayu ditelinga.

Sang anak tidak aba aba langsung menubruk ayahnya yang duduk dikonter dapur. Memeluk erat lelaki pertengahan tiga puluh tahun itu seolah seabad tidak bertemu, padahal cuma terpisah semalam saja. Memang biasanya Abyan tidur sendiri tapi setiap pagi ia akan disapa pelukan ayahnya, jadi kalau tidak ada pasti akan dicari cari.

{✔️Complete} NEURON IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang