NEURON III - 15

686 47 14
                                    

One day in a lifetime – Comeback to me

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

One day in a lifetime – Comeback to me

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Leon anak kepala sekolah, dia keponakan Naufal. Kata Naufal kemungkinan besar perilaku Leon didorong oleh bujukan neneknya –ibu Naufal yang sejak Fajar lahir memang tidak suka dengan cucunya yang satu itu. Karena dilahirkan dari wanita dengan status sosial biasa.

Sudah cukup! Dia tidak mau tahu lagi.

Setelah ini dia akan membawa Fajar kembali. Ia tidak lagi peduli.

Lelaki itu lagi lagi duduk disamping Fajar berbaring. Ia menggenggam tangan sang putra yang semakin kurus. Kalau diperhatikan lagi, anaknya memang lebih kurus dibanding saat dia tinggal bersamanya. Ia bodoh sekali karena melepasnya pergi begitu saja.

“Jari kamu kok kecil sekali sih nak?” Gumamnya lirih,

Ia mengusapnya pelan pelan, jemari Fajar terlihat lebih ringkih dari biasanya. Saat membandingkan dengan miliknya sendiri sangat jauh. Apalagi warna kulit Fajar jadi semakin pucat belakangan ini.

Selain kecelakaan yang membuatnya terluka parah, dokter juga menemukan keanehan lain dalam tubuh putranya. Katanya keping trombositnya sangat kurang ditambah lagi pendarahan yang memperparah keadaannya, masuk IGD langsung habis dua kantung darah bahkan sebelum operasi. Beruntung golongan darahnya termasuk yang paling umum sehingga stok darah mencukupi.

“Anak papa kapan bangunnya? Papa kangen banget.. maaf ya nak, gak seharusnya papa biarin kamu menderita disini. Andai saja papa bisa jadi kepala keluarga yang baik buat keluarga kecil kita, semua pas-

Dimas terhenyak.

Detak jantungnya mengayun lebih cepat, darahnya serasa berdesir berlomba lomba untuk bersirkulasi. Ia menunduk, menatap genggaman tangannya yang tadi dalam posisi ia hanya meletakkan telapak tangan kirinya dibawah milik Fajar tanpa genggaman kuat karena bahkan ia sangat takut itu akan menyakiti, tetapi sekarang jemari pucat diatas miliknya itu bergerak pelan –amat sangat pelan namun perlahan mengeratkan genggaman.

Lelaki itu buru buru melihat kembali pada wajah sang putra, semula hanya diam sehingga pikirnya lagi lagi ini mungkin gerak refleks karena kata dokter itu memungkinkan, namun saat menahan diri lebih lama melihat kedua mata yang telah berhari hari tertutup rapat itu, kelopak mata yang dinanti nanti pergerakannya itu bergetar pelan.

Dimas sampai lupa bernapas ketika memandangi bagaimana kelopak itu mulai membuka kembali jendela dunianya. Seiring dengan jemarinya yang semakin kuat menggenggam.

Lalu saat netra itu mulai terbuka sepasang iris gelap itu kembali menyapa dunia. Adimas terdiam gagu, saking terkejutnya ia sampai lupa jika harus segera memanggil petugas medis. Ia lebih dulu memanggilnya pelan.

{✔️Complete} NEURON IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang