We die a little every day and by degrees we’re reborn into different men, older men in the same clothes, with the same scars.
Mark Lawrence
...
Kau tidak akan tahu sebelum kau betul betul mengalaminya.
Dimas mempelajari hal itu dari pengalaman kelam yang pernah dialaminya. Sejak hari itu ia juga tidak mengerti dengan dirinya, ia sangat-sangat fobia dengan yang namanya kecelakaan. Sekecil apapun itu jika itu terjadi didepan matanya, maka dalam sekejap ia akan berubah menjadi sosok yang tersembunyi rapat dalam senyum palsu.
Dimas yang menyedihkan.
Pagi itu, ia berpapasan dengan Fajar dan Asyifa tentu saja ketika hendak berangkat ke kantor. Lalu berakhir dengan ia menawarkan tumpangan, lagipula TK tempat Fajar belajar berada tidak jauh dari tempat bekerjanya. Awalnya Asyifa menolak ikut dengan alasan bahwa itu akan semakin membuat Dimas terlalu lama berangkat kerja. Ia terlalu sungkan merepotkan, meski Dimas merasa tidak repot sama sekali.
Berakhirlah mereka dengan situasi yang mana didalam mobil itu hanya tersisa ia dan Asyifa untuk pertama kalinya setelah sekian tahun lamanya. Mereka dalam perjalanan menuju tempat Asyifa mengajar.
"Dimas nanti sampe kantor kamu berhenti aja, aku naik ojek online dari situ ya?"
"Nggak usah, kenapa sih? Nggak papa deket juga kok.."
"Kamu jadi muter-muter nanti, jalannya juga macet ini.."
"Nggak papa mbak Sipa, kayak sama siapa aja!"
Duh. Dasar dua duanya memang keras kepala, memang kalau sudah begini Asyifa harus mengalah atau mereka akan terus saling ber argument, lagi pula setir dan pedal gas dikendalikan Dimas sendiri, dia bisa apa?
Tapi, sesuatu yang diluar kendali mereka terjadi.
Ciiitt...
Brakk
Sebuah tabrakan beruntut terjadi didepan. Dimas cekatan mengerem, beruntung dibelakangnya juga agak longgar. Meski tak ayal kendaraan dibelakang juga turut mengerem mendadak. Tiga kendaraan roda dua terguling dijalanan tepat didepan mata Dimas, salah satunya menabrak mobil didepan sedang yang lain terguling karena saling senggol.
"Astagfirullah.."
Itu Asyifa, tentu saja ia juga syok dengan kejadian didepannya. Bagaimana tidak? Ia sedang memperhatikan jalanan sejak tadi dan tidak menyangka hal itu akan terjadi. Lagipula kalu disangka bukan sebuah kecelakaan namanya.
"Eh Dimas kasihan, nepi dulu yuk.."
Tidak ada jawaban.
Asyifa menoleh, lalu mengerutkan kening melihat lelaki itu mematung melihat kedepan. Tubuhnya terlihat tegang dan,
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔️Complete} NEURON II
RomanceAdimas masih lelaki yang sama, ia tetap seorang lelaki sederhana yang mudah memberikan ketulusan bagi orang orang disekitarnya.. Nyatanya, sepuluh tahun adalah waktu yang lama untuk dijalani, namun bagi Adimas itu hanya seperti kerjapan mata, dia ma...