Terkadang kita yang menentukan takdir kita sendiri, terkadang takdir mengendalikan kita.
-Nailal Fahmi
...
"Halo Om Dimas... ganteng banget om mau kemana?"🔫
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Dimas hanya rebahan miring disofa, memperhatikan Fajar bermain sendiri. Bahkan hanya bermain sendiri tapi terlihat sangat ceria. Mampu menjadi sebuah hiburan bagi lelaki itu.
Syukurlah..
Beberapa saat lalu, Fajar yang memergokinya menelan pil pereda nyeri bertanya banyak hal. Tentang alasan lelaki itu menelan obat, Dimas sempat kebingungan menjelaskan tapi ia berkilah kalau itu hanya vitamin. Beruntungnya Fajar tidak banyak memprotes, anak itu malah bercerita kalau ia juga makan vitamin yang bentuknya lucu ada yang beruang, ada yang gajah, rasanya manis. Yah.. terserahlah.
Setelah beberapa saat berlalu lelaki itu tidak sadar kalau dirinya ketiduran, menyadarinya ia terkejut dan tersentak bangun.
Fajar?
Kemudian bau-bauan di dapur mengundangnya untuk lebih merasa terkejut. Mengabaikan efek nyeri dibelakang tubuhnya ia bangkit dengan cepat dan berjalan kedapur.
Ia mendesah lega karena sosok yang menyebabkan bau-bau an didapurnya ternyata Adara.
Lho? Terus? Fajar?
"Udah bangun?"
Dimas beringsut mendekat, lalu duduk di counter dapur.
"Mbak kok bisa disini? Masuknya gimana?"
"Oh tadi ada Ferdian disini sama anak kecil, siapa? Anaknya ya? Anaknya cewek gak sih? Kok tadi cowok.."
Ia yakin setelah ini jika ia bertemu Ferdian, lelaki itu pasti akan bertanya banyak hal padanya. Mendapati pertanyaan itu ia melirik kebelakang tubuh, tepat dimana mainan dalam box milik Fajar disisihkan disudut. Ah ia harus menyembunyikannya.
"Ehm gak tahu mbak.." Kilahnya,
Adara sih memilih tidak peduli dan meneruskan kegiatannya, memasak.
Dimas berjalan kearah box ukuran lumayan besar itu dan mengangkatnya lalu diam diam memindahkannya ke dalam kamar. Bisa jadi lebih panjang kali lebar kalau Adara melihatnya, ya semoga saja wanita itu belum menyadarinya.
"Udah lama mbak?"
"Baru juga motong sayur sama numis bumbu, belum lama berarti.."
Dimas kembali, duduk di depan Adara seperti anak manis yang menunggu ibunya memasak dengan cengiran lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔️Complete} NEURON II
RomanceAdimas masih lelaki yang sama, ia tetap seorang lelaki sederhana yang mudah memberikan ketulusan bagi orang orang disekitarnya.. Nyatanya, sepuluh tahun adalah waktu yang lama untuk dijalani, namun bagi Adimas itu hanya seperti kerjapan mata, dia ma...