Adimas masih lelaki yang sama, ia tetap seorang lelaki sederhana yang mudah memberikan ketulusan bagi orang orang disekitarnya..
Nyatanya, sepuluh tahun adalah waktu yang lama untuk dijalani, namun bagi Adimas itu hanya seperti kerjapan mata, dia ma...
Recommended song to play : Perfect by Ed Sheeran & Beyonce (Boyce Avenue Cover Version)
Saran saya mainkan ditengah" baca, jangan dr awal! Akan saya beri tanda, tp lagunya boleh disiapkan sekarang, nanti tinggal putar. Terserah juga sih kalo enggak juga gak apa apa eheh..
Selamat membaca!
———
Perjalanan: melatih diri untuk tetap menjaga jarak seraya berbagi begitu banyak.
-Laksmi Pamuntjak
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . . . . . . . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dulu, sepuluh tahun lalu. Naufal pernah mencetak undangan yang berisikan hal sama dengan apa yang ada ditangannya saat ini. Nama perempuan yang sama tetapi dengan namanya sebagai mempelai lelaki.
Ia kemudian menyadari bahwa itu adalah kesalahan pertamanya. Ahh bukan, apakah kesalahan pertamanya adalah mencintai Asyifa? Bahkan kalau pun ia mencintainya sebesar Adimas, ia hanyalah tetap akan tersembunyi dibalik punggung lelaki yang lebih muda darinya itu. Asyifa tidak akan bisa melihatnya, ia hanyalah simbolis yang diciptakan dunia untuk menorehkan tinta hitam dalam kehidupan Asyifa.
Haha. Lucu.
"Ayaah.."
Lelaki itu berbalik punggung, terdengar suara derit pintu ruang kerjanya yang disusul dengan terbukanya pintu itu hingga sosok kecil dibaliknya terlihat olehnya.
"Hai jagoan ayah!"
Fajar berjalan cepat kearahnya sebelum hup, ia memeluknya dan meraihnya dalam gendongan.
"Udah puas tidurnya?"
Si bocah mengangguk sambil mengucek matanya. Naufal terkekeh melihatnya, Fajar yang kelihatan lebih imut saat masih mengantuk.
