NEURON III - 2

679 48 7
                                    

One day in a lifetime - Stranger 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

One day in a lifetime - Stranger 2
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aurora sejak kecil sudah mengenal Fajar. Karena ayah mereka berteman dekat, Fajar sering bermain dengannya. Mereka juga dimasukkan dalam sekolah dasar yang sama. Meski usianya setahun lebih muda dari Fajar, ia sekolah setahun lebih awal sehingga sejak SD mereka selalu seangkatan. Karena terlalu sering bersama kadang ia dikira pacarnya Fajar, padahal mereka hanya.. teman? Friend with benefit? Mungkin.

Di SMA mereka terpisah kelas, kelasnya hanya berdampingan sih tapi tetap saja itu membuat mereka memiliki aktifitas yang berbeda dilingkungan sekolah. Misalnya urusan baris berbaris saat upacara.

Tadi ia sengaja menunggu Fajar didepan kelasnya, gara gara anak itu lewat pesannya mengatakan kalau ia masuk sekolah. Padahal semalam saat ia menelpon jelas jelas om Dimas yang mengangkat panggilan dan mengatakan Fajar demamnya naik lagi, ia tidak bisa diajak berbicara. Masa iya paginya sembuh?

Benar dugaannya, Fajar masih sakit. Kentara dari jalannya yang loyo, sempoyongan, rautnya pucat dan ia masih bisa merasakan suhu diatas normal saat mengecek keadaan pemuda itu.

Tadi ia meminta anak itu tinggal dikelas, tidak perlu upacara. Tapi sekarang ia malah melihat anak itu dibariskan di barisan anak anak terlambat. Mungkin ia ketahuan oleh guru kedispilinan dan sangat Fajar sekali kalau anak itu malas menjelaskan perihal sakitnya.

Aurora jadi cemas, takut Fajar pingsan. Karena tinggi badannya, Aurora sering berbaris paling depan, jadi ia dapat melihat sesekali ke barisan Fajar. Anak itu sesekali memijat kening, bertumpu pada lutut, bergerak gerak gusar. Kecemasannya berujung pada hal yang sudah ia takutkan, Pembina upacara baru hendak menyampaikan amanat. Fajar terjatuh, menabrak punggung teman didepannya dan langsung lemas dilapangan. Meski ia selamat dari benturan keras karena teman disampingnya sigap menumpu.

Ia hampir berlari kalau tidak ingat dia ada dibarisan depan dan sudah pasti akan jadi pusat perhatian kalau meninggalkan barisan begitu saja. Jadi ia mundur kebelakang, meminta izin pada guru untuk ke UKS dengan beralasan ia sedikit pusing.

Setelah jauh dari pengawasan guru, ia berlari ke UKS. Tidak lagi berjalan pelan pelan agar akting sakitnya dapat dipercayai.

Tiba disana ia dapat melihat gerombolan anak PMR yang berkerubung disalah satu brangkar yang disekat tirai. Tirainya dibuka lebar, ia juga melihat ada anak lain yang kesana kemari membawa alat kesehatan.

"Petugas UKS kemana sih?"

"Gak tahu ah! Ini gimana darahnya banyak banget."

"Dikompres dulu pake air es, coba cari es dikantin!"

Ia dapat mendengar sayup sayup pembicaraan mereka. Empat orang anak itu fokus pada brangkar disana, dan Aurora nekat mendekat.

"Eh kamu siapa? Ngapain disini? Sakit juga?"

{✔️Complete} NEURON IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang