NEURON III - 12

586 47 6
                                    

One day in a lifetime – One More Time… Please

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

One day in a lifetime – One More Time… Please

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

“Kami belum bisa memprediksi akan separah apa kondisi anak bapak, yang utama saat ini kami akan melakukan pertolongan maksimal. Bapak-bapak berdoa dan memohon pertolongan yang maha kuasa saja…”

Perkataan dokter beberapa saat lalu itu terngiang ngiang dikepala Adimas, dalam takbirnya ia menangis, dalam rukuknya dia menangis, dalam sujudnya ia menangis, dalam dzikirnya ia hanya bisa menangis, memohon, memohon dan hanya memohon.

Tolong kembalikan Fajar.

Tolong angkat sakitnya.

Tolong lindungi dia.

Dan tolong.. tunda kepulangannya pada-Mu.

‘Jika engkau pernah memberiku kesempatan hidup kedua, dua puluh tahun silam, maka tolong berikan kesempatan yang sama pada anak hamba Ya Allah..’

“Ya Allah… Ya Allah… Ya Allah…”

Ia bersujud kembali, menghabiskan sisa tangisnya. Mencoba meluruhkan seluruh sakit dalam dadanya meski nyatanya itu akan tetap menggerayanginya hingga jika nanti sang pencipta memberinya kesempatan untuk merawat kembali sang anak.

Adimas bersumpah menyayanginya lebih dari apapun didunia. Ia bersumpah bahkan seluruh dunia dan isinya pun sekiranya belum bisa menggambarkan sebesar apa rasa sayangnya, rasa bahagianya dan rasa cintanya kepada Fajar. Tetapi.. disaat seperti ini dia disadarkan…

‘Jika ini adalah murka-Mu sebab hamba engkau anggap lebih menyayanginya dibanding padaMu. Ya Allaah… hamba rela, hukum hamba tanpa harus menyakitinya Ya Allah.. Ampuni hamba Ya Allah..’

Dalam rapat tangannya menengadah. Memohon doa keselamatan untuk seluruh keluarganya. Memohon ampunan bagi seluruh keluarganya. Memohon ampunan sebab ia menjadi ayah sambung yang gagal –karena kenyataannya Fajar tetap belum bisa dia bahagiakan.
Tepukan hangat mendarat dibahunya, sesaat setelah ia menutup wajahnya dengan tangan, mengaminkan segala munajatnya.

“Sudah Dimas, sudah cukup banyak doamu, dua jam kamu disini. Asyifa dan Kenzie juga membutuhkanmu..”

Lelaki itu refleks beristigfar,

Ia bangkit dan rasa kesemutan dikakinya menjadi bukti bahwa ia sudah terlalu lama dalam posisi bersimpuhnya.

“Makasih mas..”

Naufal tersenyum hangat.

Kendati hatinya juga sedang kacau sebab kabar yang seperti sambaran petir ini ia dapatkan justru dari Adimas yang tinggal jauh dari Fajar. Ia merasa menjadi ayah kandung yang gagal. Namun dia harus kuat untuk semuanya, melihat punggung ringkih Adimas yang begitu takut kehilangan sang putra membuatnya tergugah untuk menjadi yang paling kuat disini.

{✔️Complete} NEURON IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang