Your memory feels like home to me.
So whenever my mind wanders, it always finds it's way back to you.-Ranata Suzuki
...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Pagi sayang.."
Fajar menggeliat, berbaring miring kemudian memeluk guling disebelahnya. Matanya masih berat untuk terbuka kendati panggilan sayang itu menyapa rungunya.
"Fajar bangun dulu nak, katanya mau jalan jalan sama om Dimas?"
Asyifa sudah siap dengan celana training dan kaus khusus yang tercetak nama sekolahnya dibagian belakang. Hari ini sekolah mengadakan acara outbound dan Asyifa menjadi salah satu guru pendamping. Meski hari masih jauh dari kata terang, ia sudah siap dengan ranselnya dan juga satu lagi ransel Fajar disamping tempat tidur. Ia sudah mengemas semua barang yang sekira dibutuhkan Fajar sampai sore nanti –estimasi waktu pulangnya. Biasanya acara seperti ini sampai sore.
Sebenarnya pihak sekolah mengijinkan andaikata Asyifa mengajak Fajar, tapi menurutnya itu tidak efektif. Ia malah jadi tidak bisa fokus mengurus murid-muridnya. Beruntung hari yang dipilih weekend, sekolah libur dan tentu juga dengan Adimas. Lelaki itu sudah ia beri tahu sejak kapan hari. Sengaja diberitahu jauh hari agar tidak mengisi hari dengan jadwal.
Ngomong-ngomong tentang Dimas, lelaki itu semakin gencar. Gencar melakukan semacam pendekatan pasti padanya. Seperti saat dulu, cara yang dipakai juga hampir sama. Dasar! Bagaimana mungkin lelaki tidak berubah sama sekali. Memangnya wanita bisa jatuh dua kali dengan cara yang sama?
Tapi sayangnya ini Asyifa. Yang tidak perlu dibuat jatuh dua kali, karena sejak jatuh ia sama sekali tidak bisa bangkit.
Entah lelaki itu peka atau tidak kalau sebenarnya perasaan Asyifa tidak pernah berubah.
Karena gagal membangunkan, Asyifa membopong Fajar yang masih tidur itu lalu membawa ranselnya juga. Sejak tinggal dengannya, Fajar memiliki perubahan fisik ngomong-ngomong. Ia sadar dari bagaimana pipi Fajar yang dulu tirus sekarang lebih chubby dan juga susah payahnya dia sekarang saat harus menggendong sang putra. Mungkin kalau sudah SD nanti dia tidak akan sanggup menggendong lagi.
Saat tiba diluar apartemen ternyata Adimas sudah menunggu, janjinya kan jam empat pagi jadi laki laki itu jam empat pagi begini sudah kelihatan tampan.
Dasar! Biasanya juga bangun sebentar terus tidur lagi.
Karena Fajar memang masih lelap, ia direbahkan dikamar Dimas. Asyifa sempat mengecup keningnya sebentar sebelum kemudian berangkat ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔️Complete} NEURON II
RomanceAdimas masih lelaki yang sama, ia tetap seorang lelaki sederhana yang mudah memberikan ketulusan bagi orang orang disekitarnya.. Nyatanya, sepuluh tahun adalah waktu yang lama untuk dijalani, namun bagi Adimas itu hanya seperti kerjapan mata, dia ma...