NEURON III - 8

533 48 15
                                    

One day in a lifetime – Lonely

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

One day in a lifetime – Lonely
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Sorot lampu jalan perkampungan, hawa dingin sore hari setelah hujan dan suara desau angin yang menggiring lembut menerbangkan helai rambut legam milik Fajar.

Remaja itu bergidik saat merasakan hembus angin yang menerpa.

"Dingin ya?"

Lengan halus itu, meski termakan usia mengait hangat miliknya menarik jemarinya yang jauh lebih panjang dari milik sang nenek dan wanita tua itu memasukkannya kedalam sweater yang dia kenakan.

"Fajar sih, tadi nenek kan udah suruh ganti celana panjang.."

Pemuda tujuh belas tahun itu menunjukkan deretan gigi putihnya. Raut polosnya yang manis membuat Nurdiana gemas bukan main. Lantas wanita itu tersenyum sendu, kenapa begitu tega membuat remaja laki laki yang teramat tulus dan lembut hati ini terasingkan hingga merasa diri tak memiliki tempat dalam keluarganya?

Kenapa bisa putrinya setega itu pada sang putra? Sang putra yang dulu sempat susah payah ia besarkan seorang diri sebelum tangan Adimas memeluk mereka.

"Nah.. udah sampai, Fajar mau beli apa?"

Anak itu melepas tautan tangan sang nenek, kemudian berjalan kedalam toko serba ada. Rak rak nya tertata mirip swalayan kecil, Fajar langsung mengitari rak rak itu untuk mencari biskuit kesukaannya.

"Bu Nur, nyari apa bu?"

"Nganter cucu, pengen jajan.."

"Itu anaknya Mbak Asyifa ya? Udah gede ya buk? Lagi liburan apa gimana?"

Ibunda Asyifa itu tersenyum, agak dipaksakan.

"Iya, tinggal sama ayahnya sekarang sampe lulus SMA katanya.."

"Lhoo gitu? Owalaah.. mantan suami Mbak Asyifa yang anaknya almarhum Pak Wardana itu ya buk?"

Nurdiana hanya mengangguk sambil terus mengumbar senyum ramah. Warga di kampung sini semua juga sudah tahu perihal gonjang ganjing rumah tangga Asyifa dan Naufal dulu. Ibu dua anak itu sudah faham, sudah tidak lagi menganggap pembicaraan ini serius.

"Katanya pindah ke Kota Bawah ya? Jadi pengusaha ya buk katanya sekarang?"

Nenek Fajar baru saja akan menjawab namun teriakan sang cucu mengalihkan keduanya,

"Nekk gak ada.."

"Nyari apa Le?" Tanya si ibuk penjual.

"Susu rasa pisang.."

"Walaah emang ada to Le?"

Fajar tersenyum kecut, bahkan penjualnya saja tidak tahu kalau produk itu ada.

{✔️Complete} NEURON IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang