One day in a lifetime – A day without you
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kenyataannya manusia itu sadar betapa berharganya seseorang selalu ketika dia telah lama menghilang dari pandangan. Ketika tidak ada tawa renyah itu terdengar di ruang televisi ketika sore hari sosoknya duduk disofa menonton tayangan favoritnya.
Kenzie hanya menatap kosong layar televisi. Menonton acara yang dulu selalu diputar di jam ini dengan Fajar sebagai penonton setianya, pemuda itu pasti duduk berselonjor dengan kaki menumpang diatas meja pendek, tangannya sibuk mencemil biscuit regal dan susu rasa pisang. Dulu saat Fajar khusyu' menonton, Kenzie akan mencari segala macam cara membuat Asyifa menegurnya. Membuat segala macam alasan agar tawa kencang sang kakak berubah menjadi raut muka penuh gurat kecewa pada sang mama.
Tapi, sekarang ketika dia tidak ada aneh bukan jika Kenzie merasa kehilangan?
Aneh sekali ketika sekarang Kenzie merasa merindukan tawa renyah itu, merindukan senyum manis kakaknya. Merindukan usakan sayang yang ditinggalkan oleh tangan hangat kakaknya setiap kali meninggalkan ruang televisi setelah di omeli mama.
Bahkan Fajar akan sangat tabah meski nyata nyata diusir dari sana hanya agar Kenzie bisa menonton acara yang dia mau. Padahal kamar Kenzie adalah satu satunya kamar yang didalamnya terdapat televisi.
"Iya iya Kenzie mau nonton.." Ucapnya sebelum pergi dari ruang tengah dengan seulas senyum tulus.
Entah bagaimana kenangan itu sekarang menyakitinya.
Rumah ini tanpa Fajar tak sesuai dengan apa yang pernah ia harapkan. Nyatanya dirumah ini tidak ada yang sanggup hidup tanpa sosok sulung keluarga itu.
Mama jadi lebih sering melamun, kadang dia melukai tangannya saat memotong sayur. Kadang dia membiarkan pekerjaannya menumpuk dan keteteran di akhir minggu. Kadang mama menyelipkan kata kakak saat tanpa sengaja mengingat rutinitasnya, misalnya seperti siang tadi saat menjemput Kenzie.
"Mah ke mini market ya, snacknya abis.."
"Ohh iya sekalian beliin biscuit regal buat kakak.."
Lalu Asyifa akan berhenti berbicara dengan pandang mata yang berubah kosong. Dia lupa kalau Fajar tidak ada untuk memakan biscuit regalnya.
Wanita itu membuka lemari penyimpanan, ia tersenyum getir melihat setumpuk biscuit regal dan susunan belasan kotak susu rasa pisang yang dia beli kapan hari. Saat ia belanja dan tanpa sadar mengambilnya dari rak supermarket. Ia sudah terlalu terbiasa menyediakannya untuk Fajar.
Saat sadar kesalahannya pun, ia tetap membayar belanjaannya itu dan membawanya pulang. Dengan harapan, setelah kepergiannya selama hampir dua minggu di akhir pekan kedua sang putra akan pulang seperti yang dia janjikan. Tapi itu hanya angannya saja, karena semakin jarak membentang antara mereka, semakin jarang pula Fajar memberi kabar, semakin sulit pula bagi Asyifa untuk sekedar bertanya lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔️Complete} NEURON II
RomanceAdimas masih lelaki yang sama, ia tetap seorang lelaki sederhana yang mudah memberikan ketulusan bagi orang orang disekitarnya.. Nyatanya, sepuluh tahun adalah waktu yang lama untuk dijalani, namun bagi Adimas itu hanya seperti kerjapan mata, dia ma...