Even if I try to see you, I can't look
You're still green to me
Even if the heart doesn't move, it moves by itself
Lingering feelings hung out piece by piece like laundry-BTS - Autumn Leaves
...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Malam itu, Dimas jadi ingat betul rasanya. Ketika ia tiba-tiba merasa sakit, sakit yang ia sendiri tidak tahu darimana titik pusatnya tetapi mampu melemahkan seluruh persendiannya. Ia sekarang ingat bagaimana rasanya, karena pagi ini ia merasakan hal yang sama.
Senin pagi, ia punya banyak sekali aktivitas tapi sampai jam menunjuk angka tujuh ia hanya bisa meringkuk dibalik selimut. Rasanya sakit sekali seperti tulang tulang belakangmu ditarik satu persatu, saking sakitnya sampai terasa seperti menembus kejantung. Rasanya sesak, sakit dan ia tidak mampu bergerak untuk sekedar meraih obat didalam laci nakas.
Sialnya jika ia tidak memaksakan diri untuk bergerak, tidak ada siapapun yang akan menolongnya dengan cepat. Sama halnya seperti waktu itu ia harus berusaha sendiri, berusaha menemukan benda pipih persegi panjang yang ia tidak ingat dimana terakhir meletakkannya semalam. Dalam pejam ia meraba-raba meja nakasnya, sayangnya yang dia lakukan hanya menghamburkan semua barang yang ada disana untuk jatuh kebawah, termasuk ponsel itu sendiri dan gelas berisi air mineral.
Ia mendesah kesal, ponsel itu jadi semakin jauh dari jangkauan tangannya. Menyerah ia berdiam diri, berharap dalam detik yang terus berdenting kesakitan itu berkurang, rasa kebas dipersendiannya berkurang setidaknya sedikit saja. Tapi rasanya percuma, ia sangat ingin menyerah ketika rasa itu semakin menjadi-jadi, ia hanya bisa berdoa semoga saja ada orang yang datang dan mengakses rumahnya. Siapapun itu. Meski rasanya itu adalah hal yang mustahil.
Orang yang bisa masuk apartemennya tanpa harus ia membukakan pintu hanya ada dua, jika bukan Ferdian maka Adara yang tempo hari ia baru saja memberitahukan kode akses masuknya. Dan keduanya mustahil datang menurutnya, tapi tidak ada yang tahu bukan?
Karena orang yang sedang dalam pintanya itu ternyata ada didepan pintu apartemennya.
====
Ferdian diteror Aurora sejak semalam, katanya jepit rambut kesayangannya tertinggal dirumah om Dimas dan bocah itu rewel sekali karenanya. Jadi ia pagi pagi berniat mengambilnya sebelum bocah itu bangun dan rewel mengatas namakan jepit rambut lagi atau kalau tidak, mamanya akan ikut memusuhinya dan Ferdian sangat tidak ingin itu terjadi. Sebab ide kencan dengan menitipkan Aurora pada Dimas itu adalah ide konyolnya.
Ia sudah beberapa kali memencet bel namun tidak ada tanda-tanda Dimas akan membuka pintu sehingga ia memutuskan menekan kode sandi dan membuka pintu. Saat hendak mendorong pintu untuk dibuka suara samar perbincangan dari sisi kiri mengalihkan fokusnya, lalu dari pintu unit yang berhadapan dengan milik Dimas keluarlah seorang wanita dan anak kecil. Ferdian mengernyit, merasa mengenali orang itu dan ketika wanita itu berbalik sempurna ia dibuat teramat terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔️Complete} NEURON II
RomanceAdimas masih lelaki yang sama, ia tetap seorang lelaki sederhana yang mudah memberikan ketulusan bagi orang orang disekitarnya.. Nyatanya, sepuluh tahun adalah waktu yang lama untuk dijalani, namun bagi Adimas itu hanya seperti kerjapan mata, dia ma...