NEURON III - 6

549 44 7
                                    

One day in a lifetime – Just let me go part 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

One day in a lifetime – Just let me go part 2

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Papanya terlihat kacau, duduk disofa panjang dengan tangan menyangga kepala. Mama sibuk melamun sampai tidak sadar bubur yang tadinya masih hangat dalam genggaman saat ini sudah dingin. Kenzie sendiri sibuk berpikir, sibuk menerka, perasaan seperti apa yang ditinggalkan sang kakak beberapa jam lalu padanya?

Dua jam lalu Fajar benar benar pergi. Setelah dokter mengijinkannya untuk dibawa pulang. Dia langsung pergi tanpa menunggu kepengurusan surat surat kepindahan sekolah. Bahkan meninggalkan Aurora tanpa membiarkan gadis itu sempat memeluknya untuk terakhir kali.

"Ken, masih sakit ya?"

Itu pertanyaan pertamanya, saat kakaknya itu masuk ke kamar rawatnya dengan raut tenang seolah tidak terjadi apa apa.

Kenzie hanya menatap datar tanpa jawaban.

"Jangan cemberut. Kakak mau bayar kesalahan kakak selama ini sama kamu.."

Bocah sepuluh tahun itu mengernyit tidak mengerti.

"Kamu jagain mama sama papa ya.. jangan biarin mereka sedih, mama seneng banget lihat kamu seneng. Papa juga, papa itu sayang banget sama Kenzie.."

"Papa sayangnya sama kakak!" Ketusnya.

Fajar mencoba tersenyum lalu menjulurkan tangannya mengelus surai sang adik. Posisi anak itu menyandar pada brangkar yang di tinggikan, tulang rusuknya juga belum pulih dan luka di lengannya masih sakit. Kalau ia sedang baik baik saja, perlakuan lembut kakaknya seperti sekarang ini sudah pasti dia tepis.

"Papa sayang Kenzie kok. Papa pernah marah sama Ken?"

Kenzie nampak membuka mulut hendak menjawab namun dari balik pintu kamar rawat ia dapat melihat papanya, tengah menatapnya dengan senyuman hangat.

Tidak. Dimas sangat menyayangi putra putranya, sekalipun tidak pernah menyakiti. Tidak pernah memarahi, jika ia nakal sekalipun Dimas hanya akan menghampirinya dan berbicara baik baik.

Diam diam, dia meremat selimut. Kakaknya selalu benar, Dimas menyayanginya juga. Dan ia masih serakah menginginkan lebih?

"Papa gak pernah marah sama Kenzie. Papa sayang sama Kenzie, papa itu orang yang perasa dan penuh kasih sayang. Kamu harus selalu ingat itu, sekarang aku kasih kamu kesempatan buat merasakan siapa papa sebenarnya. Bagaimana papa sebenarnya, supaya kamu gak merasa kalau papa gak pernah adil.."

Karena jika ada yang tidak pernah adil dalam berbagi adalah mamanya, Asyifa.

"Kakak pamit ya. Kakak mau tinggal di Semarang mulai sekarang sama ayah Naufal. Mungkin sampek lulus SMA, tapi kalau kamu gak pengen kakak balik. Kakak akan tetap disana.."

{✔️Complete} NEURON IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang