Memandangi wajah terlelap milik Cio di pagi hari adalah sebuah kegilaan pertama yang pernah gue lakukan—setelah apa yang terjadi semalam. Gue tadinya mau membangunkan Cio mengingat dia ada shift pagi katanya. Tapi bukannya membangunkan, gue malah terpaku melihat bagaimana tampannya dia saat tidur. Angelic. Matanya dan bibirnya terkatup sempurna. Tenang dan damai.Gue lantas memberanikan diri menyentuh pipinya. Entah dorongan dari mana gue seberani ini. Gue belai pipinya yang sedikit berminyak karena krim malam yang ia pakai. Jujur, jantung gue mirip popcorn yang meletup-letup di dalam wajan saat ini. Melihatnya sekalem ini dan menyentuhnya, tidak dapat gue munafikkan gue suka. Maksudnya suka kalau dia mode tidur. Kalau mode sadar, rasanya pengen gue setrum sampai dia tidak bangun lagi.
Sayangnya gue tidak sejahat itu.
Daripada berlama-lama memandanginya—yang dapat menyebabkan serangan jantung ringan—gue memilih menyudahinya. Gue mengguncang badannya agar dia yang bergelung di dalam selimut, lekas bangun. Sebenarnya gue merasa aneh dengan Cio yang masih terlelap pada jam enam pagi. Biasanya dia jam lima sudah sadar.
"Cio, bangun. Udah pagi." kata gue masih dengan mengguncang tubuhnya.
"Katanya ada shift pagi ayo bangun!"
Cio melenguh pelan mendengar seruan gue dari dekat telinganya. Sengaja gue berseru di dekat telinganya biar dia lekas bangun. Berhasil, Cio mulai mendapatkan kesadarannya. Matanya perlahan terbuka.
"Bangun." gue berucap seraya menyibak selimutnya. Agak malu saat pertama kali menyibaknya. Dia lagi-lagi shirtless.
Bukannya bangun, Cio malah bergerak ke arah gue. Ia menidurkan dirinya di paha kemudian memeluk perut gue. Gue memekik geli karena ia tiba-tiba bertingkah seperti ini.
"Bangun," gue menyugar rambut pirang Cio dengan jari gue.
"Lima menit lagi." rengeknya bak anak kecil.
"Udah pagi. Nanti sarapannya dingin, Cio."
"Janji lima menit lagi, La."
La?
Calon istrinya?
Seketika gue tertampar kenyataan bahwa Cio punya calon istri. Gue pun penasaran bagaimana mereka berhubungan setelah gue ada. Tapi gue lebih penasaran dengan hubungan mereka selama ini. Apakah calon istri Cio selalu memperlakukan Cio dengan baik layaknya mama Cio padanya? Sampai-sampai ia begini?
Kalau iya, sudah sejauh mana mereka?
Ish. Kepikiran kan. Sialan.
"Bangun atau sarapannya aku kasih ke dosenku yang kemarin." ancam gue begitu Cio tidak ada tanda-tanda mau bangun setelah lima menit berlalu.
Sontak saja, Cio langsung bangun dengan posisi duduk di depan gue. Walau terkantuk-kantuk, ia mencoba membelalakkan matanya. Bukannya takut, gue malah menyeringai. Lucu banget soalnya. Mana rambutnya berantakan, masih muka bantal, terus sok-sokan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mizpah ✖ Kim Seungmin ✅
FanfictionHubungan kita memang rumit, bahkan sejak kita pertama kali bertemu. Hubungan kita tidak semulus jalan tol. Parahnya, hubungan kita terlalu kusut layaknya benang kusut. Seratus tahun kumenunggu, rasanya sia-sia. Semibaku Alternative universe 17+