Don't forget to check the previous part :(
6 parts left
"Mama seneng banget, loh. Akhirnya kamu mau nikah sama Lala."
Makanan yang gue makan saat ini, rasanya tidak lagi enak—seenak penampilannya saat pertama kali disuguhkan di atas meja. Rasanya pahit seperti omongan dan tatapan orang-orang di hadapan gue saat ini. Terlebih ucapan mama Maria barusan. Pahitnya melebihi jamu temu ireng yang pernah gue minum saat kecil.
Situasi yang terjadi saat ini adalah gue sedang makan malam bersama orang tua Cio alias mertua, keluarganya Lala, Lala dan Cio sendiri di rumah mertua. Kami berdua (gue dan Cio) tiba-tiba diundang makan malam bersama di hari Sabtu malam. Awalnya kami tidak mau datang karena sudah tahu topik pembicaraan, perkara pernikahan Lala dan lelaki berstatus suami gue yang tidak jadi batal. Namun, mama Maria datang menjemput kami ketika gue dan Cio hampir bercinta di apartemen.
Awalnya gue tidak mau ikut, sebab gue sudah tahu akan berakhir seperti apa. Akan tetapi, mama Maria memaksa. Dia menyuruh kami berdua ikut makan malam itu.
Mama Maria tampaknya sengaja membuat gue jatuh dan cerai dari Cio dengan cepat. Ia membuat gue menahan emosi dan sesak karena harus mendengar celotehnya yang membanggakan Lala serta membandingkan gue dengan Lala. Ia juga mempermalukan gue dengan mengungkit kejadian di kampus kemarin.
Parah, sih.
"Ailian gak perlu ganti lima ratus juta, kok. Kan kamu sudah merelakan Esa nikah sama Lala," kata mama Maria lagi. Gue pura-pura tidak dengar. Gue memilih menyantap nasi goreng di atas piring.
"Terima kasih, ya, sayang."
Gue hampir saja tersedak mendengar mama Maria memanggil gue sayang. Mama Maria juga mengulas senyum cantiknya ke arah gue. Cih, wanita ini. Mudah sekali baginya menjadi seorang penjilat setelah apa yang dia lakukan.
Sama seperti Cio.
"Ai beneran gak masalah kalo Esa nanti menikah sama Lala? Kami tau hubungan kamu dengan Esa, tapi kami gak bisa berbuat apa-apa. Lala hamil anak suami kamu. Dia harus tanggung jawab," ujar wanita cantik berambut pendek sebahu dan berwajah tenang. Dia ini tante Fani, mamanya Lala.
Gue mengangguk sekenanya. "Yah...Esa harus tanggung jawab. Dia harus menanggung resikonya. Saya gak masalah dengan itu." jawab gue setenang mungkin. Gue harus memberikan impresi yang baik.
Biar mama Maria senang.
Nyatanya, sedih juga.
Namun, secara tiba-tiba, Cio yang duduk di samping gue langsung mengusap paha gue. Gue spontan menoleh ke arahnya. Dia tidak membalasnya, kecuali mengusap paha gue yang tertutup dress navy bunga-bunga—sampai ke pangkalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mizpah ✖ Kim Seungmin ✅
FanfictionHubungan kita memang rumit, bahkan sejak kita pertama kali bertemu. Hubungan kita tidak semulus jalan tol. Parahnya, hubungan kita terlalu kusut layaknya benang kusut. Seratus tahun kumenunggu, rasanya sia-sia. Semibaku Alternative universe 17+