三十七 | Pilihan Cio

3.4K 706 270
                                    






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⚠️ Drama alert


Rasa perih menjalar di dahi ketika kapas mengandung alkohol menempel di permukaan luka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasa perih menjalar di dahi ketika kapas mengandung alkohol menempel di permukaan luka. Ia, Cio, sedang membersihkan luka di dahi gue akibat kebar-baran calon istrinya. Ia mengobati gue, berdua, di kamarnya begitu ia datang ke apartemen bersama Arthur dan Figo. Niatnya mau kabur sebelum ia datang, tapi gue malah oleng karena keseimbangan gue buruk setelah benturan itu. Lala membenturkan kepala gue tanpa ampun sampai membuatnya berdarah, dan gue pusing luar biasa.

Suasana di dalam kamar begitu hening, lain halnya di luar kamar. Terdengar suara Figo dan Lala yang tengah adu mulut. Gue tidak peduli. Dengan orang di hadapan gue saat inipun gue tidak peduli. Rasa sakit telah membutakan gue sampai gue tidak bisa merespon apa yang terjadi. Untuk itu, gue ucapkan terimakasih kepada Lala dan calon suaminya.

Suara kasa dipotong dengan gunting, dan nyeri di luka lagi setelahnya, membuat gue meringis hampir menangis. Rasanya menyengat, tidak hanya di area dahi. Namun, menjalar sampai ke mata dan kepala. Gue sampai mencengkeram lengan Cio karena perih.

"Habis ini kelar. Sebentar, Bun," kata Cio seolah mengerti kondisi gue. Lelaki itu mengambil handsaplast lagi, lalu menempelkannya di dahi.

Atensi gue seketika beralih ke kasa yang merah karena mengandung darah gue. Darahnya tadi tidak berhenti. Gue pikir karena gue stres dan kelelahan sehingga susah kering lukanya. Gue bergeming sesaat ketika Cio mendorong kepala gue maju. Ia mencium dahi gue yang tertutup kasa dan yang tidak.

Anehnya, gue tidak lagi merasa gejolak di dalam perut akibat ciuman darinya. Tidak lagi sama seperti dulu ketika lelaki itu hobi mencium gue. Hambar. Rasanya hambar.

"Sudah. Masih perih?" Cio bertanya. Gue mengangguk sekenanya. Terdengar helaan nafas darinya detik selanjutnya. Cio lantas membereskan kapas-kapas itu dan obat-obatannya.

Kasur yang gue duduki bergerak kemudian. Cio kembali duduk di hadapan gue. Tatapan lelaki itu prihatin. Prihatin karena gue hampir meregang nyawa untuk kedua kalinya. Sebuah pelukan erat gue dapatkan darinya selang beberapa detik. Kata "maaf" juga gue dapatkan darinya. Maaf untuk melukai gue lewat Lala.

Mizpah ✖ Kim Seungmin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang