"Kamu akan pergi?"
"Yah, aku ada shift pagi."
Jawaban mengandung alibi yang dilontarkan oleh Cio kepada tunangannya di pagi hari, membuat Gabriela Natasha atau yang kerap dipanggil Lala itu merengut. Pasalnya baru beberapa jam dirinya bersama calon suaminya bersama menikmati malam yang jarang mereka lalui karena long distance relationship selama hampir empat tahun lebih. Kini Cio harus pulang karena kewajibannya sebagai seorang dokter muda.
Padahal Lala tidak tau kalau jadwal Cio di hari Sabtu itu di siang hari sampai sore menjelang malam. Gadis itu memang tidak tau jadwal koas Cio, makanya tunangannya dapat membohonginya dengan mudah.
"Tidak usah merengut. Nanti kutemani lagi," ujar Cio menenangkan. Lala hanya mengangguk sebal kemudian menarik selimut yang membalut tubuh telanjangnya itu.
"Kamu tidak akan membawaku ke tempat tinggalmu?" tanya Lala dengan nada sebal—dibanding nada bertanya.
Cio menggeleng, "Tidak bisa. Sebentar lagi kita menikah, kalau kamu di apartemenku nanti nenekmu marah bagaimana?"
"Meski cuma sehari?" Lala masih menawar.
"Dua puluh empat jam." jawab Cio diiringi dengan kekehan gantengnya.
Lala menyebik sebal. Dirinya lupa kalau sedang mengikuti tradisi keluarga yang tidak memperbolehkannya sering-sering bertemu dengan tunangannya. Padahal dirinya sangat merindukan Esa-nya. Bertemu dan menghabiskan waktu selama dua belas jam saja baginya kurang. Rasa rindunya teramat besar akan lelaki itu sampai rasanya ingin mempercepat pernikahannya.
Cio yang melihat Lala sebal, hanya tersenyum seraya mengusap kepalanya dengan sayang. Ia pun mencubit pipinya yang tampak memerah akibat perbuatannya semalam—menggigitnya karena gemas. Cio sama halnya dengan Lala, merindukan gadis itu. Meski percintaan mereka sampai hampir fajar menjelang, rasa rindunya tak bisa dilampiaskan semuanya.
Pasangan yang saling merindu.
"Kamu mau kupesankan makan? Kurasa hari ini kamu akan di kasur terus," ucap Cio seraya mengerling nakal kepada tunangannya. Sementata Lala hanya merotasikan matanya jengah.
"Ulahmu. Menggempurku tiada habisnya." balas Lala sarkastik.
Cio hanya tertawa. Ia mengingat kejadian semalam saat Lala melepas bajunya, di situlah Cio mulai beraksi seperti singa yang kelaparan. Tidak peduli bahwa Lala baru tiba setelah dua belas jam mengawang di udara. Hasratnya selama empat tahun menunggu terlampiaskan tadi malam. Sampai membuatnya lupa kalau ada yang sedang menunggunya di tempat lain.
Maklum, mereka pacaran dari SMA kelas satu. Dimana waktu itu Cio salah anggota OSIS yang menjadi panitia dalam MPLS-nya si Lala. Yah, ceritanya klasik sekali dimana si kakak tingkat naksir sama adik kelasnya sendiri. Hubungan mereka awet sampai sekarang meski diwarnai bumbu-bumbu konflik dan putus nyambung gara-gara sikap Lala yang sedikit posesif dan Cio yang terlalu welcome dengan orang baru. Awalnya hubungan mereka berakhir saat Cio baru masuk universitas, sedangkan Lala baru kelas tiga. Namun mereka menjalin hubungan kembali walau saling LDR-an. Alasannya sih saling cinta. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk bertunangan saat Cio baru selesai kuliah, dan menikah ketika usai masa koasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mizpah ✖ Kim Seungmin ✅
FanfictionHubungan kita memang rumit, bahkan sejak kita pertama kali bertemu. Hubungan kita tidak semulus jalan tol. Parahnya, hubungan kita terlalu kusut layaknya benang kusut. Seratus tahun kumenunggu, rasanya sia-sia. Semibaku Alternative universe 17+